Kejar Target Swasembada, Wamentan Sudaryono Kunjungi Pusat Riset Pertanian Terbaik Dunia

Kompas.com - 03/05/2025, 21:26 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wakil Menteri Pertanian ( Wamentan) Sudaryono melakukan kunjungan strategis ke salah satu institusi riset pertanian terbaik dunia, Wageningen University and Research (WUR) di Belanda.

Kunjungan tersebut dilakukan untuk mempercepat transformasi pertanian nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan.

Dalam kunjungan tersebut, Wamentan Sudaryono didampingi Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Arif Satria serta jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Kunjungan tersebut sekaligus menjadi bagian dari misi besar pemerintah Indonesia untuk menjalin kolaborasi internasional di bidang riset dan teknologi pertanian.

Wamentan Sudaryono menjelaskan kunjungannya ke WUR dilakukan untuk mencari solusi atas berbagai tantangan pangan dan pertanian di Indonesia.

Baca juga: Produksi Melimpah Bikin Harga Ayam Hidup Anjlok, Kementan Incar Pasar Ekspor Unggas

Kunjungan tersebut sekaligus mengeksplorasi dan mengadopsi teknologi pertanian mutakhir yang relevan bagi kondisi Indonesia. Tujuannya, untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi ketergantungan impor, dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Pihaknya ingin mencari solusi teknologi terbaik, mana yang bisa diadopsi dan kerjakan. Inisiatif ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan produktivitas pertanian nasional. Dengan demikian, pemerintah dapat memperbanyak ekspor dan mengurangi impor.

"Pemerintah ingin segera mewujudkan swasembada pangan dan menjadi negara yang berdaulat dalam bidang pangan," kata Wamentan Sudaryono dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (3/5/2025).

Dalam dialog bersama peneliti WUR, Wamentan Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar itu juga menyoroti isu krusial terkait produktivitas kedelai. Kedelain sendiri merupakan komoditas penting yang masih bergantung pada impor dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Indonesia tidak bisa terus bergantung pada kedelai impor. Kami butuh terobosan teknologi agar petani mampu memproduksi kedelai secara lebih efisien dan berdaya saing," tuturnya.

Sebagai informasi, pertemuan tersebut membahas berbagai potensi kerja sama, seperti pengembangan varietas kedelai unggul yang adaptif terhadap iklim tropis, pemanfaatan sistem pertanian presisi (precision farming) berbasis data dan kecerdasan buatan, model pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi input dan hasil panen, serta pertukaran peneliti dan pelatihan teknis bagi petani serta akademisi Indonesia.

"Selain teknologi, kolaborasi ini juga memperkuat sistem riset, inovasi, dan pendidikan pertanian di Tanah Air," ujar Mas Dar, sapaan karibnya.

Wageningen University dikenal luas sebagai pemimpin di bidang agroteknologi, bioteknologi, dan riset pertanian tropis.

Baca juga: Masih Ada Harga Gabah di Bawah HPP, Kementan: Kami Bantu Info ke Bulog

Pemerintah berharap, pihaknya dapat memanfaatkan keunggulan tersebut untuk mempercepat pencapaian target swasembada pangan sekaligus membangun ekosistem pertanian modern yang berbasis sains dan teknologi.

Kementerian Pertanian, lanjut Mas Dar, membuka diri untuk semua bentuk inovasi dan kemitraan yang bisa mendorong pertanian Indonesia menjadi mandiri, modern, dan mendunia.

Saat ini, pemerintah juga fokus meningkatkan produktivitas komoditas pertanian lain setelah keberhasilan mencatatkan surplus beras dan serapan gabah yang tinggi oleh Perum Bulog.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi memperkuat ketahanan pangan nasional, khususnya untuk komoditas pangan strategis, seperti kedelai yang masih bergantung pada impor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gabah nasional hingga April 2025 mencapai 13,95 juta ton. Pemerintah berhasil melakukan surplus beras 2,8 hingga 3 juta ton ketimbang konsumsi domestik yang hanya 10,37 juta ton.

Perum Bulog sendiri telah menyerap lebih dari 1,8 juta ton setara beras hingga hari ini. Ini merupakan yang tertinggi dalam 5-10 tahun terakhir dengan rata-rata paling tinggi 1,2 juta ton.

Wamentan Sudaryono melakukan kunjungan strategis ke Wageningen University and Research. DOK. Kementan. Wamentan Sudaryono melakukan kunjungan strategis ke Wageningen University and Research.

Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah Rp 6.500 per kg dan penghapusan rafaksi menjadi kunci lonjakan serapan ini.

Mas Dar yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Bulog menegaskan bahwa keberhasilan tersebut menjadi fondasi untuk memperluas fokus ke komoditas lain seperti kedelai.

“Setelah beras surplus, pemerintah ingin memastikan komoditas strategis lain, seperti kedelai juga mandiri. Ini bagian dari visi menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia,” ujarnya.

Mas Dar menilai, kunjungan ke WUR menjadi simbol bahwa pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi tantangan krisis pangan dan ketergantungan impor serta peningkatan kesejahteraan petani.

Inisiatif ini dilakukan dalam rangka menuju swasembada beras serta memberikan harga baik untuk pembelian hasil petani berupa kenaikan harga pembelian pemerintah gabah kering panen.

“Dengan swasembada beras, petani semakin termotivasi, hasil produksi juga semakin meningkat dan stok cadangan beras pemerintah semakin kuat melalui Bulog," ujar Mas Dar.

Terkini Lainnya
Jaga Kualitas Beras, Bulog Ajak Media Tinjau Perawatan di Gudang Sunter

Jaga Kualitas Beras, Bulog Ajak Media Tinjau Perawatan di Gudang Sunter

BULOG
Bulog Catat Rekor MURI Gerakan Pangan Murah Serentak di 4.337 Titik

Bulog Catat Rekor MURI Gerakan Pangan Murah Serentak di 4.337 Titik

BULOG
Jelang HUT RI, Bulog Stabilkan Harga Beras di Seluruh Indonesia lewat SPHP

Jelang HUT RI, Bulog Stabilkan Harga Beras di Seluruh Indonesia lewat SPHP

BULOG
Atasi Masalah Stunting, Program Bulog Peduli Gizi Sasar Balita di Desa Karangdawa

Atasi Masalah Stunting, Program Bulog Peduli Gizi Sasar Balita di Desa Karangdawa

BULOG
Perkuat Ketahanan Pangan Nasional, Bulog Jalin Kerja Sama dengan Koperasi Merah Putih

Perkuat Ketahanan Pangan Nasional, Bulog Jalin Kerja Sama dengan Koperasi Merah Putih

BULOG
Wamentan Sudaryono Bongkar Strategi Bulog Ubah Sejarah Ketahanan Pangan RI

Wamentan Sudaryono Bongkar Strategi Bulog Ubah Sejarah Ketahanan Pangan RI

BULOG
Bulog Jatim Catat Serapan Beras Tertinggi Nasional, Tembus 500.000 Ton

Bulog Jatim Catat Serapan Beras Tertinggi Nasional, Tembus 500.000 Ton

BULOG
Serapan Gabah Kering di Karawang Lebih dari 95.000 Ton, Bulog: Ini Kebahagiaan Para Petani

Serapan Gabah Kering di Karawang Lebih dari 95.000 Ton, Bulog: Ini Kebahagiaan Para Petani

BULOG
Stok CBP Capai 3,7 Juta Ton, Wamentan Pastikan Bulog Bisa Jaga Kualitas Beras

Stok CBP Capai 3,7 Juta Ton, Wamentan Pastikan Bulog Bisa Jaga Kualitas Beras

BULOG
HUT Ke-58, Bulog Bagikan 144 Paket Bansos untuk Anak Yatim Piatu dan Tahfiz Al Quran

HUT Ke-58, Bulog Bagikan 144 Paket Bansos untuk Anak Yatim Piatu dan Tahfiz Al Quran

BULOG
Cadangan Beras Pemerintah 3,5 Juta Ton, Rektor IPB Apresiasi Serapan Gabah Bulog

Cadangan Beras Pemerintah 3,5 Juta Ton, Rektor IPB Apresiasi Serapan Gabah Bulog

BULOG
Peneliti UI: Bulog Berperan Strategis dalam Wujudkan Swasembada Pangan

Peneliti UI: Bulog Berperan Strategis dalam Wujudkan Swasembada Pangan

BULOG
Pakar Pangan: Serapan Gabah dan Beras Bulog Adalah Kado bagi Bangsa Indonesia

Pakar Pangan: Serapan Gabah dan Beras Bulog Adalah Kado bagi Bangsa Indonesia

BULOG
Serapan Awal Mei Tembus 2 Juta Ton Setara Beras, Stok Bulog Lampaui 3,6 Juta Ton

Serapan Awal Mei Tembus 2 Juta Ton Setara Beras, Stok Bulog Lampaui 3,6 Juta Ton

BULOG
Kejar Target Swasembada, Wamentan Sudaryono Kunjungi Pusat Riset Pertanian Terbaik Dunia

Kejar Target Swasembada, Wamentan Sudaryono Kunjungi Pusat Riset Pertanian Terbaik Dunia

BULOG
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com