KOMPAS.com - Badan Urusan Logistik ( Bulog) Kantor Wilayah (Kanwil) Jawa Timur (Jatim) mencatatkan penyerapan lebih dari 300.000 ton setara beras hingga minggu ketiga April 2025.
Jumlah tersebut merupakan penyerapan gabah beras tertinggi pada periode yang sama selama 10 tahun terakhir.
Kepala Bulog Kanwil Jatim Langgeng Wisnu mengungkapkan, angka tersebut berasal dari hasil serapan gabah dan beras petani lokal yang tersebar di berbagai daerah sentra produksi di Jawa Timur.
Penyerapan itu dilakukan melalui skema fleksibel yang mengedepankan kemitraan dengan petani, kelompok petani (poktan), mitra penggilingan, dan pihak lainnya.
Langgeng mengatakan, capaian tersebut menunjukkan komitmen pemerintah melalui Bulog dalam menjaga cadangan beras pemerintah dan mendukung petani lokal.
Baca juga: Bahas Peluang Kerja Sama, Bulog Terima Kunjungan Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia
“Kami terus bersinergi dengan pemerintah daerah serta stakeholder lainnya untuk menjaga kelancaran distribusi dan ketersediaan pangan,” jelasnya dalam siaran pers, Jumat (25/4/2025).
Dia memastikan, memastikan stok yang telah diserap Bulog akan disimpan dalam kondisi optimal di gudang-gudang yang tersebar di seluruh wilayah Jatim.
Selain untuk cadangan beras pemerintah (CBP), stok tersebut juga disiapkan untuk kebutuhan penugasan pemerintah lainnya.
Adapun penyerapan 300.000 ton setara beras itu diharapkan dapat membantu stabilisasi harga gabah di tingkat petani, terutama saat panen raya berlangsung.
Dengan keterlibatan Bulog, harga gabah kering petani dapat tetap kompetitif dan menguntungkan petani.
Langgeng menegaskan, Bulog Kanwil Jawa Timur berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja penyerapan dan mendukung program nasional dalam menciptakan ketahanan pangan yang tangguh dan berkelanjutan.
Baca juga: Menteri Pertanian Ancam Copot Pinca Bulog Sumbawa Jika Tak Cepat Serap Jagung dan Gabah Petani
Upaya dan capaian yang saat ini dilakukan merupakan bagian dari upaya mendukung swasembada pangan nasional dan menjaga stabilitas harga gabah beras di pasaran.