KOMPAS.com - Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto menyampaikan apresiasi atas kinerja Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono, serta seluruh pihak di sektor pertanian dan ketahanan pangan.
Salah satu pencapaian penting adalah keberhasilan menghindari krisis beras yang sempat diprediksi terjadi pada awal 2025.
Dalam program “Presiden Prabowo Menjawab” yang berlangsung di Jakarta, Rabu (8/4/2025), dia menyebut pencapaian signifikan telah diraih dalam 150 hari kerja kabinetnya, khususnya di bidang pertanian.
Ia menekankan bahwa kerja keras seluruh tim, termasuk dukungan dari badan usaha milik negara (BUMN) seperti Perum Bulog, sangat berperan dalam memastikan stabilitas pasokan dan harga pangan.
Baca juga: Harga Pangan Hari Ini: Cabai Rawit Merah Rp91.600 per Kg, Daging Sapi Rp136.650
“Saya berterima kasih memiliki tim di bidang pertanian yang cukup bagus. Alhamdulillah, yang diperkirakan akan terjadi krisis beras di awal 2025, berhasil kita atasi. Sementara tetangga-tetangga kita sedang krisis dan kesulitan beras,” ungkapnya dalam siaran persnya, Rabu (9/4/2025).
Ia juga merasa bangga karena selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2025, harga-harga bahan pokok tetap terkendali.
Dia mengaku memantau secara langsung perkembangan harga pangan setiap malam, dengan sering menghubungi Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono bahkan hingga larut malam.
“Hampir tiap malam saya telepon. Jam 11 malam, jam 12 malam. Saya tanya bagaimana harga daging, berapa harga gabah kering panen. Saya senang karena mentan punya pos komando yang memantau seluruh daerah,” tambahnya.
Baca juga: Swasembada Pangan, Rp 12 Triliun Digelontorkan untuk Perbaikan Irigasi Nasional
Komitmen Presiden RI terhadap swasembada pangan juga ditegaskan dalam pernyataannya.
Ia menyebut bahwa landasan kokoh pembangunan ekonomi Indonesia adalah swasembada pangan, energi, dan air.
Konsep tersebut, menurutnya, sejalan dengan arah pembangunan global yang dikenal dengan istilah food, energy, and water (FEW).
Untuk mewujudkan swasembada pangan, ia menekankan perlunya efisiensi lahan pertanian, kemudahan produksi bagi petani, dan peningkatan kesejahteraan mereka.
Baca juga: Bupati: Kemensos Kucurkan Anggaran Pengentasan Kemiskinan di Jombang
Ia mengaku prihatin terhadap fakta bahwa banyak anak petani tidak lagi berminat melanjutkan pekerjaan orangtuanya karena identik dengan kemiskinan.
“Saya pelajari sejak muda, sejak masih mayor, bahwa masalah Indonesia ada di pertanian. Saya belajar sejarah, bahwa semua negara besar dan negara yang sukses itu pertaniannya kuat, pertaniannya sukses,” katanya.
"Jadi, begitu saya dilantik menjadi presiden, keyakinan-keyakinan itulah yang saya wujudkan. Misalnya, penyaluran pupuk langsung ke petani tanpa banyak perizinan dan tanpa perantara yang berbelit-belit," lanjutnya.
Selain itu, sebut dia, harga hasil produksi petani dan penghasilan mereka harus meningkat agar hidup petani menjadi lebih sejahtera.
Baca juga: Serikat Petani Sawit: Kebijakan Tarif Trump Bakal Gerus Ekspor ke AS
Salah satu langkah nyata dalam mewujudkan visi tersebut adalah terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) tentang Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen sebesar Rp 6.500 per kilogram (kg), yang dilaksanakan melalui Perum Bulog.
Kebijakan tersebut bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengatasi harga gabah yang sempat anjlok akibat permainan tengkulak dan pengusaha penggilingan.
Perum Bulog mencatat penyerapan gabah setara beras sebanyak lebih dari 800.000 ton hingga awal April 2025.
Baca juga: Masih Ada Harga Gabah di Bawah HPP, Kementan: Kami Bantu Info ke Bulog
Capaian tersebut menjadi yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir, dan menunjukkan keberhasilan Bulog dalam menjaga kestabilan cadangan pangan nasional.
Dia berharap, dalam satu tahun ke depan, sektor pertanian Indonesia dapat semakin maju.
Ia ingin ketersediaan pangan terjamin, harga lebih terjangkau, serta pertanian dapat berkontribusi besar pada perekonomian nasional.