KOMPAS.com - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN terus berkomitmen untuk mengoptimalkan pemanfaatan fly ash dan bottom ash ( FABA) atau limbah hasil pembakaran batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), sebagai bahan baku yang bernilai ekonomis.
Tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, PLN juga berhasil menjadikan FABA sebagai katalis pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, terutama bagi lebih dari 200 usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM) dan kelompok masyarakat di sekitar PLTU.
Salah satu contoh nyata adalah Desa Tanah Merah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di desa ini, PLN membantu menyediakan sarana infrastruktur berbahan dasar FABA, seperti jalan setapak, tandon air, tempat cuci tangan, serta panggung untuk kegiatan masyarakat.
Baca juga: PSI Sebut FKUB Kerap Jadi Tempat ‘Cuci Tangan’ Pemda soal Perizinan Tempat Ibadah
Infrastruktur tersebut tidak hanya meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan warga, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru melalui peningkatan produktivitas dan usaha lokal.
Kepala Desa Tanah Merah, Lazarus Dillak mengapresiasi inisiatif PLN dalam memanfaatkan FABA untuk pembangunan infrastruktur desa.
"Kami berharap, bantuan ini dapat menjadi katalisator bagi peningkatan produktivitas dan membuka peluang ekonomi yang lebih luas," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (5/2/2025).
Baca juga: Wamenkeu Anggito Dikukuhkan Jadi Guru Besar UGM, Soroti Peran Ekonomi Syariah
PLN terus berinovasi dalam mengoptimalkan pemanfaatan FABA melalui berbagai sektor. Hingga 2024, sebanyak 3,4 juta ton FABA telah dimanfaatkan dari 47 PLTU di Indonesia.
Beberapa sektor utama pemanfaatan FABA meliputi lapisan pengeras jalan sebanyak 50,84 persen, substitusi semen 36,24 sebanyak persen, bahan baku beton sebanyak 8,13 persen, beton pracetak seperti paving dan batako sebanyak 2,71 persen, material non acid forming untuk pertambangan sebanyak 1,46 persen, dan pembenah tanah sebanyak 0,24 persen.
Pemanfaatan FABA juga telah digunakan dalam proyek infrastruktur strategis nasional, seperti pembangunan jalan tol Ibu Kota Nusantara (IKN), serta proyek jembatan Bentang Panjang Pulau Balang di Kalimantan.
Selain itu, di sektor pertambangan, FABA dimanfaatkan untuk mengurangi risiko pembentukan air asam tambang, sejalan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah diterapkan pada 2024.
Baca juga: Sita Baja Tak Ber-SNI, Mendag: Berpotensi Membahayakan Masyarakat
Selain memberikan manfaat ekonomi bagi UMKM dan masyarakat, pemanfaatan FABA juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Penggunaannya dalam produksi semen dan beton telah membantu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 325.021 ton carbon dioxide equivalents (CO2e).
Beberapa perusahaan besar, seperti Semen Indonesia, Semen Bosowa, dan Semen Padang, juga telah bekerja sama dengan PLN dalam mengolah FABA sebagai bahan baku semen.
Baca juga: Video Mobil Kena Cipratan Semen, Begini Cara Membersihkannya
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa pemanfaatan FABA sejalan dengan prinsip keberlanjutan yang diterapkan oleh PLN.
FABA, kata dia, memiliki potensi besar untuk diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi, sekaligus membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar PLTU.
"Dengan dukungan inovasi dan regulasi yang tepat, PLN Group yakin bahwa pemanfaatan FABA akan terus berkembang, tidak hanya memberikan manfaat ekonomi tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan," imbuh Darmawan.