KOMPAS.com - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN terus mendukung pemerintah dalam meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan ( EBT) di Indonesia.
Salah satu langkahnya adalah melalui pengembangan hidrogen. Komitmen ini tercermin dalam agenda Global Hydrogen Ecosystem Summit (GHES) 2025 yang digelar di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Indonesia tetap berkomitmen mencapai target Emisi Nol Bersih atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 dengan pendekatan yang hati-hati.
Salah satu langkah konkretnya adalah pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi bersih yang dijalankan secara komprehensif.
“Saya ingin mengatakan bahwa Indonesia akan selalu menjadi bagian dari pihak yang menjalankan komitmen Paris Agreement, tetapi dengan penuh kehati-hatian,” ujar Bahlil melalui siaran pers, Kamis (17/4/2025).
Baca juga: Wamendagri Ingatkan Rencana Kerja Pemda Harus Mengacu Asta Cita Prabowo
Ia mengungkapkan, Presiden RI Prabowo Subianto telah mencanangkan Asta Cita, yang di dalamnya mencakup kedaulatan dan swasembada energi.
Energi hijau, EBT, dan hidrogen merupakan bagian dari visi besar tersebut.
Lebih lanjut, Bahlil menekankan bahwa hidrogen akan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
Pada 2060, hidrogen hijau diproyeksikan dapat menyumbang hingga 70 miliar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Teknologi itu juga diprediksi menciptakan 300.000 lapangan kerja langsung di sektor elektrolisis hidrogen hijau.
Baca juga: Mobil Hidrogen Hasilkan Air, Bolehkah Diminum?
Oleh karena itu, Bahlil mendorong peningkatan daya saing Indonesia di sektor energi hijau.
Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif yang bisa dimanfaatkan untuk menembus pasar global seperti Eropa dan Amerika.
“Kita saling membutuhkan. Oleh karena itu, kita harus membangun komunikasi politik, komunikasi ekonomi yang win-win dan saling menguntungkan,” jelas Bahlil.
Khusus untuk hidrogen, ia menyampaikan keyakinannya bahwa teknologi tersebut kini makin terjangkau dan kompetitif.
Hal tersebut membuka peluang besar untuk mendorong pemanfaatan hidrogen dalam mendukung industri strategis nasional.
Baca juga: Krisis Industri Baja Inggris: Pelajaran bagi Indonesia
Kementerian ESDM juga akan mendorong lahirnya regulasi dan menciptakan struktur harga yang lebih kompetitif untuk membuka pasar yang lebih luas.
“Efisiensi terhadap penemuan teknologi baru akan terus dilakukan. Saya menunggu agar hal ini menjadi bagian penting kontribusi kita bagi bumi, terutama dalam mendorong energi baru dan terbarukan,” tandas Bahlil.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), Eniya Listiani Dewi menjelaskan bahwa pemerintah pada Desember 2023 telah meluncurkan dokumen Strategi Hidrogen Nasional.
Dalam agenda GHES 2025, juga diluncurkan Roadmap Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) yang berisi 215 rencana aksi pengembangan hidrogen.
Lewat roadmap tersebut, Eniya mengatakan, pemerintah Indonesia terus mengembangkan berbagai diversifikasi produk turunan hidrogen, salah satunya yang diproduksi oleh PLN.
Baca juga: Cara Menggunakan Engine Brake pada Mobil Matik di Turunan
“Buku RHAN mencakup analisis produksi, pemanfaatan, strategi implementasi, dan rencana aksi. Kami sudah mengidentifikasi kebutuhan dari berbagai industri. Ada 215 rencana aksi dalam dokumen ini,” ujarnya.
Ke depan, lanjut Eniya, pemerintah kita akan terus membangun ekosistem hidrogen dan amonia baik di dalam negeri maupun secara global.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa pengembangan hidrogen merupakan bagian dari komitmen PLN dalam mendukung visi besar Presiden Prabowo Subianto menuju swasembada energi nasional.
“Hidrogen adalah solusi transisi dari energi fosil ke energi bersih masa depan. PLN siap memimpin transisi energi global, khususnya di Asia Tenggara, melalui percepatan ekosistem hidrogen,” ujarnya.
Sejak 2023, PLN telah mengoperasikan green hydrogen plant (GHP) pertama di Indonesia yang berlokasi di PLTGU Muara Karang, Jakarta.
Baca juga: Pagar Laut Bekasi Bikin Kualitas Air untuk PLTGU Muara Tawar Menurun
Pada 2024, PLN menjadi pionir dengan menghadirkan GHP pertama di Asia Tenggara yang memanfaatkan panas bumi di PLTP Kamojang, Jawa Barat (Jabar).
“PLN tidak sekadar mengikuti arus transisi energi, melainkan simbol keberanian kita untuk melompat jauh dari ketergantungan pada energi fosil. Ini adalah langkah menuju kedaulatan energi nasional,” tegas Darmawan.
Secara keseluruhan, PLN telah mengembangkan 22 lokasi GHP di berbagai wilayah Indonesia. Ini menjadikannya produsen hidrogen terbesar secara nasional.
Selain itu, PLN telah membangun hydrogen refueling station (HRS) serta mendirikan Hydrogen Center sebagai pusat kompetensi hidrogen pertama di Indonesia.
PLN juga memanfaatkan hidrogen dan amonia dalam sektor ketenagalistrikan. Contohnya adalah cofiring hidrogen pertama di PLTDG Pesanggaran, Bali.
Baca juga: Gempa M 5,4 Guncang Bali, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Teknologi tersebut juga digunakan pada hydrogen fuel cell generator di Gili Ketapang, Jawa Timur, serta dalam gelaran PLN Electric Run 2024.
Kerja sama juga dilakukan bersama Pupuk Kujang untuk memproduksi green ammonia yang dimanfaatkan sebagai bahan cofiring di PLTU Labuan, Banten.
“Hidrogen adalah jembatan menuju masa depan energi yang bersih dan mandiri. Ini adalah momentum bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam transisi energi global,” kata Darmawan.
Menurutnya, pengembangan hidrogen tidak hanya soal teknologi. Lebih dari itu, hal ini dapat menciptakan peluang ekonomi baru seperti industri hijau, penciptaan lapangan kerja ramah lingkungan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara kolaboratif.