KOMPAS.com - Direktur Utama (Dirut) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu tidak hanya akan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) tetapi juga berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat.
Program tersebut mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam penyediaan biomassa yang digunakan untuk co-firing di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
“Dibutuhkan upaya terintegrasi untuk memastikan ketersediaan bahan baku biomassa yang cukup. Oleh karena itu, ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu perlu dikembangkan dengan melibatkan masyarakat dalam memanfaatkan lahan kritis menjadi lahan produktif,” ujar Darmawan dalam keterangan pers yang diterima, Jumat (27/9/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Darmawan pada peresmian program tersebut di lahan kritis seluas 100 hektare (ha) di Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (26/9/2024). Peresmian ini dilakukan melalui kolaborasi antara anak perusahaan PLN, PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) dengan Kementerian Pertanian (Kementan).
Baca juga: Kementan Ajukan Perpres Baru untuk Sektor Pertanian Indonesia
Darmawan menekankan bahwa kerja sama antara PLN dan Kementan tidak hanya sukses tetapi juga membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
“Keberhasilan ini akan diaplikasikan di lokasi lainnya, sehingga akan membawa manfaat yang lebih masif lagi,” jelasnya.
Sebelumnya, program serupa telah sukses dilaksanakan di Cilacap dengan 106 ha lahan dan di Gunung Kidul dengan 30 ha lahan.
Menurut Darmawan, program tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 serta memberikan dampak langsung yang positif bagi masyarakat sekitar.
"Biomassa untuk co-firing dulunya menjadi tantangan karena keterbatasan pasokan. Namun, dengan kolaborasi berbagai pihak, kini lahan kritis dapat diolah menjadi produktif, membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan mendukung ekonomi sirkular berbasis kerakyatan," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyambut baik inisiatif PLN dalam memberdayakan masyarakat melalui pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan.
Ia menegaskan kesiapan Kementan untuk bersinergi dengan PLN, memberikan bimbingan, dan menyediakan penyuluh agar program tersebut benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
"Kami siap bersinergi, mendorong, membantu, dan siap menempatkan orang. Apapun yang baik buat rakyat, kita siap jiwa raga kita untuk rakyat," kata Sudaryono.
Baca juga: Datangi KPK, Kaesang: Saya Datang ke Sini Bukan Diundang, tapi Inisiatif
Sudaryono juga memuji inisiatif PLN yang tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi karbon, tetapi juga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
"Program ini tidak hanya soal energi terbarukan, tetapi juga soal ekonomi. Ada bisnis, ada perputaran uang, dan warga yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan, kini bisa mendapatkan pendapatan. Ini manfaat besar bagi rakyat," jelasnya.
Sementara itu, Dirut PLN EPI Iwan Agung Firstantara menjelaskan bahwa biomassa yang digunakan untuk co-firing sebagian besar berasal dari limbah pertanian dan perkebunan.
Dengan meningkatnya kebutuhan biomassa, masyarakat Kabupaten Tasikmalaya diundang untuk memanfaatkan peluang ekonomi ini.
Baca juga: Riset: 13 Ide Dekarbonisasi Ciptakan Peluang Ekonomi Rp 211 Triliun di Asia Tenggara
“Program Pengembangan Ekosistem Biomassa di Tasikmalaya melibatkan penanaman 100.000 tanaman Indigofera dan penyerahan 205 ekor domba untuk dibudi dayakan oleh masyarakat setempat," jelas Iwan
Sebelum penyerahan, masyarakat telah mendapatkan pelatihan budi daya sehingga mereka siap mengelola sumber daya ini dengan baik.
Selain itu, program tersebut juga mengimplementasikan sistem tumpang sari dengan menanam cabai, tomat, dan timun. Tanaman-tanaman ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku biomassa, tetapi juga dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat.
“Melalui program ini, PLN berharap dapat membangun ekosistem biomassa yang berkelanjutan, di mana batang dan ranting tanaman energi digunakan untuk biomassa, daunnya sebagai pakan ternak, dan hasil panen seperti cabai, tomat, serta timun dijual untuk menambah pendapatan masyarakat,” jelas Iwan.
Baca juga: Kemarau dan Serangan Hama Wereng Buat Hasil Panen Gabah di Lebak Turun
Sampai dengan triwulan III-2024, PLN EPI telah memanfaatkan 3 juta ton biomassa untuk co-firing di 46 PLTU.
Iwan menyatakan bahwa target ini akan meningkat menjadi 10 juta ton pada 2025, guna memenuhi kebutuhan di 52 PLTU PLN.