KOMPAS.com - Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), I Gede Sumarjaya Linggih memuji terobosan klasterisasi dan holdingisasi di tubuh badan usaha milik negara ( BUMN) yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir.
"Saya melihat kinerja yang sangat bagus di Kementerian BUMN, mulai on track. Apa yang disebut on track, yaitu sesuai dengan tujuan dan fungsi dari pada BUMN itu didirikan dari awal," katanya lewat siaran pers, Selasa (6/8/2024).
Dia mengatakan itu usai mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Komisi VI DPR RI bersama Kementerian BUMN, Sabtu (3/8/2024).
Gede mengatakan, terobosan klasterisasi dan holdingisasi menyebabkan BUMN bisa fokus dan tidak mengakibatkan persaingan di antara BUMN itu sendiri.
“Holdingisasi itu menjadi lebih efisien, lebih efektif, dan tentu tidak semua orang bisa melakukannya karena perlu effort besar dan perlu keberanian yang sangat tinggi," jelasnya.
Politisi Partai Golkar itu mengatakan kebijakan bersih-bersih, klasterisasi, dan holdingisasi membuat kinerja BUMN lebih bagus karena efisien dan efektif serta profesional di bidangnya.
"Kalau selama ini, masa Pelindo atau yang lainnya harus mengurus rumah sakit. Mikir untuk dirinya sendiri saja sudah repot tahu-tahu harus mikirin yang lain lagi,” ujarnya.
Gede mengatakan, pemikiran tersebut membutuhkan keberanian yang ada pada diri Erick Thohir.
Sementara itu, Erick menyatakan, dukungan DPR RI dalam menguatkan peran perusahaan BUMN sebagai benteng ekonomi nasional pada masa mendatang menjadi garansi kemajuan ekonomi Indonesia Emas pada 2045.
Menurutnya, pandangan, opini, sokongan, dan kritik membangun yang dalam empat tahun terakhir disumbangkan para wakil rakyat, terutama Komisi VI, berandil besar tercapainya kinerja positif Kementerian BUMN dalam melampaui target pemberian deviden kepada negara.
Terkait perbaikan pada BUMN, Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Darmawan Prasodjo mengatakan, di bawah kepemimpinan Erick Thohir, PLN sukses melakukan restrukturisasi organisasi.
“Dengan arahan Bapak Erick Thohir, kami melakukan penataan di seluruh proses bisnis menjadi streamline, mengubah kultur organisasi dari bureaucratic like menjadi business like. Aset PLN yang sebelumnya terfragmentasi menjadi terintegrasi,” ucapnya.
Dengan penataan proses bisnis, PLN membentuk dua subholding pembangkitan yang menjadi generation company terbesar se-Asia Tenggara, yaitu PLN Indonesia Power dan PLN Nusantara Power.
Menurutnya, hal itu membuat PLN bisa bergerak lebih lincah, cepat, dan efektif dalam mengelola dan menyediakan energi bagi kepentingan masyarakat hingga pelosok negeri, pengembangan bisnis yang lebih luas, terutama di bidang energi baru dan terbarukan dalam mendukung transisi energi.
Baca juga: 5 Pembangkit PLN Akan Jadi Percontohan Penerapan CCS
“Sejak restrukturisasi kami bisa menyelesaikan dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata dan PLTS IKN serta menghadirkan inovasi hidrogen hijau mulai dari hulu hingga hilir,” jelasnya.
Penyediaan energi primer yang sebelumnya dilakukan terpisah-pisah oleh setiap entitas PLN kini terintegrasi pada PLN Energi Primer Indonesia sehingga mampu meningkatkan kepastian ketersediaan pasokan energi primer.
Lewat restrukturisasi itu, PLN juga membangun lini bisnis baru di luar kelistrikan atau Beyond kWh yang dikonsolidasikan lewat subholding PLN ICON Plus.
Darmawan mengatakan, aset-aset kelistrikan yang tadinya digunakan hanya untuk layanan kelistrikan sekarang dikembangkan untuk layanan beyond kWh.
“Ada layanan internet, electric vehicle (EV) charging, baterry swap, rooftop, ListriQu, dan lainnya,” jelasnya.
Baca juga: PLN Siap Terapkan Carbon Capture and Storage untuk Dorong Dekarbonisasi Sektor Kelistrikan