KOMPAS.com - Pada Desember 2018 lalu, PT Inalum (Persero) resmi membeli sebagian saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Dengan begitu, kepemilikan saham Indonesia atas PTFI meningkat dari 9 persen menjadi 51 persen.
Kemudian, pada awal 2019 ini akusisi saham PTFI kembali ramai menjadi perbincangan publik. Terutama mengenai keuntungan finansial pasca akuisisi sampai berapa sisa kandungan emas yang terdapat di tambang Grasberg.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lengkap fakta mengenai akuisisi tersebut, berikut Kompas.com berikan ulasannya.
Baca juga: Memprediksi Keuntungan Inalum Usai Mencaplok Freeport
1. Keuntungan finansial
Pada akuisisi tahun lalu, Inalum mengeluarkan total 3,85 miliar dolar AS atau setara Rp 54 triliun. Mengutip dokumen Inalum, laba bersih PTFI tiap tahunnya diprediksi akan mencapai di atas 2 miliar dolar AS per tahun dari 2023 hingga 2041.
"Jika Inalum memiliki 51 persen, maka perusahaan akan diproyeksikan mendulang 18 miliar dolar AS (Rp 261 triliun) sebagai laba bersih PTFI dalam kurun waktu tersebut," tulis Inalum lewat rilis tertulis yang Kompas.com terima, Minggu (24/2/2019).
2. Keuntungan manajemen
Inalum dalam rilis yang sama menyebutkan bahwa setelah PTFI beroperasi selama 51 tahun, justru sekarang pihak Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan dalam penentuan dividen, anggaran dasar, direksi, serta komisaris.
3. Posisi PTFI di bawah pemerintah
Rampungnya akusisi PTFI juga berdampak pada berubahnya operasional PTFI dari Kontrak Karya (KK) menjadi berdasarkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
"Sewaktu beroperasi melalui KK, kedudukan PTFI setara dengan Pemerintah Indonesia dan bahkan KK berlaku layaknya sebuah undang-undang. Dengan beralihnya KK menjadi IUPK, maka status PTFI saat ini berada di bawah pemerintah," jelas pihak Inalum.
Baca juga: Inalum Kucurkan Dana Beli Freeport Tanpa Agunan
4. Cadangan emas terbesar di dunia
Tambang emas Grasberg yang berada di Kabupaten Mimika, Papua, menjadi tambang emas terbesar di dunia.
Tambang yang dikelola oleh PTFI ini memiliki berbagai kekayaan, seperti emas, tembaga, dan perak. Inalum memperkirakan, total nilai yang terkandung dalam tambang ini sekitar 150 miliar dolar AS atau Rp 2,190 triliun.
"Emas dan tembaga di tambang bawah tanah Grasberg diperkirakan tidak akan habis hingga 2060," klaim Inalum kepada Kompas.com.
5. Masyarakat Papua diuntungkan
Dari 100 persen saham PTFI, total 10 persen akan dimiliki pemerintah lokal Papua. Dengan demikian masyarakat Papua bisa merasakan manfaat langsung dari sumber daya alamnya.
Namun, hingga kini saham tersebut masih dipegang Inalum dan belum dapat diberikan ke Pemda Papua.
Hal itu karena saat ini masih berlangsung proses negosiasi antara Pemda Provinsi Papua dengan Pemda Kabupaten Mimik terkait pembentukan BUMD untuk menampung saham tersebut.
6. Penyerapan tenaga kerja lokal
Untuk saat ini, tenaga kerja di PTFI mayoritas adalah orang Indonesia. Tercatat hingga Maret 2018, jumlah karyawan di PTFI yang secara langsung direkrut oleh PTFI adalah 7.028.
Dari total itu, 2.888 karyawan di antaranya adalah orang Papua. Selain itu, PTFI juga masih memiliki kapasitas untuk menyediakan 30.000 lapangan pekerjaan lagi ke depannya.
7. Pengembangan masyarakat setempat
Kehadiran PTFI menyumbang terhadap pengembangan masyarakat setempat. Sedikitnya PTFI menyumbangkan total 44 juta dolar AS pada 2017 dan 33 juta dolar AS pada 2016.
Baca juga: Inalum: Divestasi Freeport Tidak Sama dengan Membeli Tanah Sendiri
8. Sumber perekonomian daerah Papua
Sekitar 90 persen kegiatan ekonomi 300.000 penduduk Kabupaten Mimika bergantung pada operasional PTFI.
Oleh karena itu, di masa depan pengembangan ekonomi lokal akan menjadi salah satu prioritas agar masyarakat menjadi mandiri.
9. Alih teknologi dan pengetahuan
Tambang bawah tanah Grasberg yang dioperasikan oleh PTFI adalah tambang yang paling rumit di dunia.
Tambang tersebut menjadi tempat belajar terbaik untuk para ahli tambang di Indonesia sehingga pengetahuan mereka dapat diterapkan di tambang bawah tanah lain di Indonesia dan di negara lain.