KOMPAS.com - Indonesia mengukuhkan posisi sebagai pemain utama dalam sektor hilirisasi sumber daya alam (SDA) dengan potensi besar dari nikel dan pasir silika.
Kedua komoditas tersebut merupakan tulang punggung dalam pengembangan industri kendaraan listrik ( electric vehicle/ EV) dan panel surya yang semakin berperan penting dalam transisi energi global menuju teknologi ramah lingkungan.
Riset The Reform Initiatives (TRI) Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia mencapai 21 juta ton atau 22,1 persen dari total cadangan global.
Pada 2020, Indonesia menyumbang 31 persen dari total produksi nikel dunia sehingga tercatat menjadikan pemasok utama bahan baku baterai kendaraan listrik. Bahkan, saat ini Indonesia menyumbang 60-80 persen bahan baku nikel untuk baterai global.
Ketua Tim Peneliti TRI Indonesia Unggul Heriqbaldi mengatakan, Indonesia tidak hanya kaya SDA, tetapi juga memiliki strategi hilirisasi yang unggul.
Baca juga: Menperin Apresiasi IWIP, Ekspor Prekursor Nikel untuk EV pada Awal 2025
“Nilai tambah hilirisasi nikel, terutama dalam produk baterai, dapat mencapai 67 kali lipat. Ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan ekosistem industri yang berkelanjutan," jelas pria yang akrab disapa Eriq tersebut dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (15/12/2024).
Eriq melanjutkan, potensi pasir silika Indonesia juga tak kalah menjanjikan. Dengan total cadangan mencapai 330 juta ton dan tambahan sumber daya kuarsit sebesar 297 juta ton, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pasokan bahan baku melimpah untuk industri semikonduktor dan photovoltaic (PV) module.
Kedua SDA tersebut merupakan pendukung industri panel surya sebagai salah satu teknologi energi terbarukan.
"Hilirisasi pasir silika menjadi wafer silikon adalah langkah strategis untuk mendukung pengembangan PV module dalam negeri. Dengan dukungan teknologi tinggi dan investasi yang kuat, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pusat industri teknologi tinggi dunia," tambahnya.
Riset TRI tersebut juga menyatakan bahwa dengan cadangan nikel melimpah, Indonesia telah menarik perhatian produsen kendaraan listrik global.
Baca juga: Kompas.com Gelar FGD Bersama Pelaku Industri soal Hilirisasi Nikel
Sejumlah perusahaan otomotif kenamaan, seperti Hyundai dan Wuling, telah mendirikan fasilitas produksi di Jawa Barat (Jabar) dengan kapasitas mencapai 260.000 unit kendaraan per tahun.
Selain itu, Indonesia juga menargetkan menjadi salah satu dari lima produsen baterai terbesar dunia dengan kapasitas produksi mencapai 700 GWh per tahun pada 2045.
"Permintaan baterai global diperkirakan meningkat hingga 7.100 GWh pada 2045 dan Indonesia berpotensi memenuhi lebih dari 10 persen dari total permintaan ini. Ini adalah pencapaian besar yang mencerminkan visi jangka panjang pemerintah," jelasnya.
Sementara itu, pengembangan panel surya juga menjadi fokus utama. Hilirisasi pasir silika yang meliputi produk seperti tepung silika, resin-coated sand, hingga wafer silikon diharapkan dapat mendukung kemandirian Indonesia dalam teknologi photovoltaic.
Produk-produk tersebut tidak hanya penting untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga berpotensi menjadi komoditas ekspor unggulan.
Baca juga: Petani Kopi Binaan Freeport Indonesia Produksi 1,2 Ton Kopi Gabah Per Tahun
Dukungan pemerintah terhadap hilirisasi nikel dan pasir silika terlihat dari berbagai kebijakan insentif yang mendorong investasi dan transfer teknologi.
Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan perusahaan swasta juga terus diperkuat untuk memastikan keberlanjutan pengembangan industri ini.
"Indonesia memiliki segalanya untuk menjadi pemimpin global dalam kendaraan listrik dan energi terbarukan. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia tidak hanya akan meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat," kata Eriq.
Dengan langkah progresif, Indonesia tidak hanya menjadi raksasa sumber daya alam, tetapi juga pilar penting dalam teknologi ramah lingkungan dunia.
Hilirisasi nikel dan pasir silika adalah kunci untuk membuka pintu menuju era baru keemasan ekonomi dan teknologi Indonesia.
Baca juga: Berkomitmen Bangun Pendidikan Berkualitas di Papua, Freeport Raih Tamasya Award 2024
Adapun TRI Indonesia bersama konsorsium yang terdiri dari Binus University, The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya Malang, dan FEB Universitas Indonesia telah menyelenggarakan penelitian terkait hilirisasi di Indonesia dalam berbagai tema kunci.
TRI Indonesia sendiri mengambil tema spesifik "Membangun Harmoni yang Produktif antara Pekerja Asing-Domestik dan Masyarakat Lokal: Tantangan, Kesempatan, dan Kebijakan Investasi Hilirisasi di Indonesia" yang dilaksanakan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, dan Kota Batam, Kepulauan Riau.
Hasil riset tersebut kemudian didesiminasikan oleh TRI Indonesia bekerja sama dengan FEB Universitas Nasional Jakarta pada Rabu (12/12/2024).