KOMPAS.com - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals ( SDGs) melalui pengintegrasian teknologi ramah lingkungan dalam berbagai operasional perseroan.
Terbaru, salah satu inovasi yang dilakukan KAI terkait itu adalah dengan menerapkan sistem face recognition sebagai pengganti tiket fisik berbahan kertas untuk proses boarding.
Upaya tersebut KAI lakukan untuk mengurangi limbah kertas sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
Direktur Utama KAI Didiek Hartentyo mengatakan, selain ramah lingkungan, kehadiran face recognition juga berdampak positif karena mempercepat dan memudahkan penumpang kereta api untuk melakukan boarding.
“Penerapan face recognition mempermudah proses boarding dan mengurangi antrean, terutama saat periode ramai, seperti libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 kemarin. Sejak awal diluncurkan pada 28 September 2022, face recognition telah digunakan oleh 10.346.090 penumpang kereta api di Pulau Jawa dan Sumatera,” ujar Didiek dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (11/1/2025).
Didiek menambahkan, dengan adanya face recognition, penumpang cukup melakukan pemindaian wajah di gate boarding.
Jika identitas diri, data tiket dan syarat lainnya telah sesuai, maka secara otomatis pintu boarding akan terbuka.
Saat ini, fasilitas face recognition KAI terdapat di 21 stasiun KAI. Berikut stasiun tersebut beserta daerah operasinya.
Sejak awal diluncurkan, keberadaan face recognition mendapat respons cukup tinggi dari masyarakat.
Hal tersebut terbukti dari banyaknya jumlah penumpang yang menggunakan fasilitas itu.
Pada 2023, misalnya, jumlah penumpang yang menggunakan fasilitas face recognition mencapai 2.922.780.
Angka tersebut meningkat meningkat signifikan pada 2024 menjadi 7.141.649 penumpang.
Selain peningkatan inovasi pelayanan pelanggan, teknologi face recognition juga berkontribusi dalam efisiensi pengurangan sampah kertas. Sejak diluncurkan, KAI telah menghemat 24.634 rol kertas tiket.
“Melalui teknologi face recognition, KAI telah menghemat sekitar Rp 369.503.214 sejak pertama kali diterapkan pada September 2022. Upaya ini juga berkontribusi pada pengurangan penebangan pohon untuk bahan baku kertas dan sejalan dengan Hari Gerakan Sejuta Pohon,” kata Didiek.
Masyarakat yang tertarik untuk turut berpartisipasi dalam mengurangi dampak lingkungan dapat melakukan registrasi layanan face recognition melalui aplikasi Access by KAI.
Berikut caranya.
Baca juga: Sepanjang 2024, KAI Amankan Barang Tertinggal Senilai Rp 14 Miliar
Terkait keamanan, Didiek menjelaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir masalah ini.
Sebab, KAI sudah mengimplementasikan sistem manajemen keamanan Informasi berstandar internasional ISO 27001 tentang Standardisasi Manajemen Keamanan Informasi.
"Data nama, NIK, dan foto penumpang akan disimpan pada infrastruktur KAI dan hanya dipergunakan untuk proses boarding menggunakan face recognition boarding gate. Data tersebut akan disimpan dalam waktu satu tahun, setelah itu akan dihapus otomatis secara sistem," jelas Didiek.
Selain itu, penumpang bisa mengajukan penghapusan data diri sewaktu-waktu setelah melakukan registrasi melalui aplikasi Access by KAI.
Penumpang juga bisa mengajukan penghapusan data kepada KAI melalui petugas customer service di stasiun.
“Dengan inovasi ini, KAI tidak hanya memudahkan perjalanan pelanggan, tetapi juga turut mendukung keberlanjutan lingkungan melalui pengurangan limbah kertas. Ini sejalan dengan target SDGs dan mendukung perayaan Hari Gerakan Sejuta Pohon 2025 dalam upaya pelestarian lingkungan,” terang Didiek.
Baca juga: Kinerja Ketepatan Waktu KAI Meningkat Signifikan pada 2024, Capai 99,77 Persen