KOMPAS.com – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN Indonesia Power mendorong penempatan transisi energi hijau sebagai katalis utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Utama PLN Indonesia Power Bernadus Sudarmanta dalam CEO Insight 2025 yang digelar di Hutan Kota by Plataran, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (4/11/2025).
Pada forum diskusi terbuka itu, Bernadus menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor agar proyek-proyek transisi energi dapat memberikan multiplier effect yang luas, baik bagi industri besar maupun masyarakat.
“PLN kini terus membuka ruang kemitraan strategis dengan sektor swasta dan lembaga keuangan untuk mempercepat agenda ekonomi hijau Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (7/11/2025).
Sebagai tulang punggung energi Indonesia, Bernadus menegaskan bahwa PLN tidak hanya berperan sebagai penyedia listrik, tetapi juga penggerak transformasi menuju ekonomi hijau yang inklusif.
Baca juga: Bangun Ekonomi Hijau, PLN dan Kompas100 CEO Forum Dorong Hilirisasi Berbasis Teknologi
Mengusung tema “Indonesia’s Changemakers: Satu Langkah Menuju Indonesia Maju”, CEO Insight 2025 mempertemukan para pemimpin korporasi, regulator, dan akademisi untuk menyatukan pandangan strategis menuju visi Indonesia Maju.
Forum tersebut menjadi wadah refleksi bersama atas hasil diskusi di CEO Connect yang telah digelar sebelumnya dengan pembahasan mencakup empat pilar utama pembangunan, antara lain transisi energi dan konsistensi kebijakan; pendidikan, inovasi, dan bonus demografi; hilirisasi industri; serta waste to energy.
Selain menghadirkan pembicara dari PLN, CEO Insight juga mengundang pimpinan dari sektor perbankan, investasi, dan pertambangan, untuk memberikan pandangan strategis mengenai arah pembangunan nasional menuju Indonesia maju.
Baca juga: Bappenas: Kedermawanan Masyarakat Bisa Dorong Pembangunan Nasional Berkelanjutan
Sebelum memasuki forum diskusi, CEO Insight dibuka dengan keynote speech dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto. Ia menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan dunia usaha dalam memperkuat kemandirian ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Menurut Airlangga, akselerasi transformasi ekonomi Indonesia membutuhkan kolaborasi konkret lintas sektor untuk memperkuat daya tahan industri, memperluas lapangan kerja, dan memastikan transisi menuju ekonomi hijau selaras dengan agenda pembangunan nasional.
“Pemerintah terus mendorong hilirisasi, digitalisasi, dan transisi energi sebagai tiga mesin utama pertumbuhan baru ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Airlangga menekankan, sinergi dengan sektor swasta merupakan kunci untuk memastikan seluruh program tersebut berjalan efektif dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Baca juga: Sektor Swasta Perlu Terlibat Melawan Degradasi Lahan
Seusai pembukaan, acara dilanjutkan dengan Bincang Menteri bersama Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso yang membahas strategi sinergi dan kolaborasi lintas sektor, mulai dari energi, keuangan, industri, hingga hilirisasi.
Sinergi tersebut bertujuan menggerakkan seluruh potensi dalam satu visi, yakni mewujudkan Indonesia yang mandiri, kompetitif, dan berkelanjutan.
Budi menegaskan, kebijakan perdagangan harus mampu menjembatani transformasi industri di hulu dan kebutuhan pasar global di hilir agar pertumbuhan ekonomi nasional berjalan inklusif dan adaptif terhadap tuntutan keberlanjutan.
Baca juga: Mendag Ingin Kebijakan Perdagangan RI Didasari Riset Berkualitas Tinggi
“Dalam konteks hilirisasi dan industrialisasi, arah kebijakan perdagangan difokuskan untuk memastikan produk Indonesia memiliki nilai tambah yang berkelanjutan, tidak hanya di pasar domestik, tapi juga di pasar global,” jelasnya.
Lebih lanjut, Budi menekankan bahwa dunia usaha harus menjadi mitra strategis pemerintah dalam memperluas akses pasar dan memperkuat daya saing ekspor produk bernilai tambah.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat manufaktur dan perdagangan kawasan, asalkan kita mampu mengelola investasi, inovasi, dan tenaga kerja terampil secara terarah. Kolaborasi lintas sektor bukan lagi pilihan, tapi keharusan,” tegasnya.
Baca juga: Perkuat Industri, Asosiasi Garmen dan Tekstil Perlu Kolaborasi Lintas Sektor
Dalam forum diskusi utama, CEO Standard Chartered Indonesia Donny Donosepoetro OBE menyoroti pentingnya peran lembaga keuangan dalam memastikan arus investasi global sejalan dengan prinsip environmental, social, and governance (ESG).
Menurutnya, pembiayaan berkelanjutan adalah salah satu pilar yang menjaga daya saing ekonomi nasional di tengah perubahan lanskap investasi global.
Donny menambahkan, kolaborasi lintas sektor antara lembaga keuangan, korporasi, dan regulator, berperan krusial untuk memperkuat kepercayaan investor terhadap agenda transisi hijau Indonesia.
“Sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan dan infrastruktur berkelanjutan kini menunjukkan kesiapan paling tinggi untuk menjadi lokomotif pembiayaan hijau,” ucapnya.
Senada dengan Donny, Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat menjelaskan pentingnya pengembangan inovasi dan teknologi di Indonesia dalam memperkuat fondasi kemandirian ekonomi nasional.
Baca juga: Mimpi Kemandirian Ekonomi di Balik Upaya Mengalirkan Listrik ke 115 Desa di Pedalaman Kaltara
Menurutnya, modal ventura memiliki peran vital dalam menjembatani inovasi dan kebutuhan pembiayaan di sektor-sektor bernilai tambah, seperti teknologi konsumen, pendidikan, logistik, dan ekonomi keberlanjutan.
“Pendanaan yang tepat sasaran tidak hanya mendorong pertumbuhan start up, tetapi juga memperkuat rantai nilai nasional agar lebih adaptif terhadap perubahan global. Kami percaya, investasi pada sektor inovatif akan menjadi motor penggerak ekonomi baru Indonesia,” ujar Abraham.
Dari sektor pertambangan, Presiden Direktur PT Amman Mineral Nusa Tenggara sekaligus Ketua Indonesia Mining Association Rachmat Makkasau menegaskan bahwa hilirisasi mineral merupakan langkah strategis untuk memperkuat kemandirian ekonomi nasional serta mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.
Ia menilai, pengelolaan mineral seperti tembaga tidak hanya bernilai ekonomi tinggi, tetapi juga memiliki peran vital dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan dan infrastruktur masa depan.
“Hilirisasi tembaga akan menjadi fondasi penting dalam membangun rantai nilai industri berdaya saing global. Setiap tahap dari penambangan hingga pengolahan harus dirancang agar memberi dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan berkelanjutan,” kata Rachmat.
Baca juga: Mengapa Hilirisasi Tembaga dan Emas Perlu?
Sebagai bagian dari rangkaian 16th Kompas100 CEO Forum 2025 powered by PLN, CEO Insight menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global yang terus berubah.
Melalui pandangan strategis dari para pemimpin lintas industri, forum ini menunjukkan bahwa akselerasi menuju Indonesia Maju bisa terwujud dengan adanya sinergi berkelanjutan antara energi hijau, investasi cerdas, penguatan talenta, dan tata kelola yang berorientasi pada keberlanjutan.
Informasi lebih lanjut mengenai Kompas100 CEO Forum dapat diakses melalui laman kompas100.kompas.id atau media sosial @kompas100ceoforum dan tagar #Kompas100CEOForum.
Untuk diketahui, 16th Kompas100 CEO Forum 2025 powered by PLN diselenggarakan oleh Harian Kompas dengan dukungan PT PLN (Persero), Boston Consulting Group Indonesia, Standard Chartered Indonesia, Skystar Capital, dan Plataran Indonesia.
Baca juga: Bangun Ekonomi Hijau, PLN dan Kompas100 CEO Forum Dorong Hilirisasi Berbasis Teknologi