KOMPAS.com – PT Pertamina (Persero) menegaskan kembali komitmennya dalam mendukung transisi energi nasional melalui percepatan agenda Net Zero Emission (NZE).
Sebagai BUMN strategis di sektor energi, Pertamina memandang NZE bukan sekadar kewajiban lingkungan, melainkan strategi utama untuk memperkuat ketahanan energi nasional dan daya saing jangka panjang perusahaan di tengah transformasi global.
Untuk memastikan fokus dan konsistensi pelaksanaan agenda keberlanjutan ini, Pertamina telah membentuk Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis yang berperan sebagai penggerak utama dalam menyelaraskan strategi bisnis perusahaan dengan target dekarbonisasi dan pembangunan rendah karbon.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan bahwa komitmen NZE Pertamina diwujudkan melalui dua pilar utama: dekarbonisasi bisnis dan akselerasi pengembangan energi hijau.
“Pilar pertama, dekarbonisasi, mencakup efisiensi energi, pengurangan loss, pembangkit listrik hijau atau rendah karbon, elektrifikasi peralatan, penggunaan bahan bakar rendah atau tanpa emisi karbon untuk armada, serta peningkatan portofolio aktif,” ujarnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (31/7/2025).
Baca juga: Wujudkan Produksi Beras Rendah Karbon, Perpadi Dorong Penggilingan Padi Beralih ke Listrik
Sementara itu, pilar kedua yakni pengembangan bisnis rendah karbon dan carbon offset difokuskan pada pengembangan energi panas bumi, energi surya, biofuel, hidrogen biru dan hijau, ekosistem kendaraan listrik dan baterai, teknologi carbon capture and storage (CCS) dan carbon capture, utilization, and storage (CCUS), solusi berbasis alam dan ekosistem, serta pengembangan pasar karbon.
Kedua pilar tersebut diperkuat melalui penyempurnaan Peta Jalan NZE Pertamina, yang kini tengah dikembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, strategi bisnis, dan pertimbangan finansial.
Peta jalan ini disusun agar selaras dengan standar pelaporan global seperti International Financial Reporting Standards (IFRS S1 dan S2), serta standar nasional seperti Standar Pengungkapan Keberlanjutan (PSPK 1 dan 2), guna memastikan integrasi antara agenda keberlanjutan dan dampak finansial. Hal ini juga bertujuan memperkuat kesiapan Pertamina dalam mengakses skema pembiayaan iklim (climate finance).
Sebagai langkah konkret, Pertamina akan menyelenggarakan workshop bertajuk “Mengakselerasi Bisnis Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Energi Nasional”.
Kegiatan tersebut akan menandai peluncuran proses penyempurnaan Peta Jalan NZE sekaligus peresmian Universitas Pertamina Sustainability Center, yang akan berfungsi sebagai pusat inovasi, riset, dan kolaborasi lintas pemangku kepentingan dalam mendukung transisi energi nasional.
“Seluruh inisiatif ini merupakan bagian dari upaya integratif Pertamina untuk menjawab tantangan global sekaligus memimpin arah transformasi energi nasional,” kata Fadjar.
Baca juga: Setelah Gencatan Senjata, Akankah Ada Transformasi Energi Iran?
Upaya ini sejalan dengan Asta Cita poin 2 dan 8 pemerintahan Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya swasembada energi dan pembangunan berkelanjutan.
Penyelarasan roadmap NZE Pertamina juga mendukung salah satu dari lima sasaran utama Visi RPJPN 2025–2045, yakni pembangunan berkelanjutan menuju NZE.
Dalam konteks global, Pertamina juga merespons aspirasi Pemerintah Indonesia pasca-COP29 yang menekankan pentingnya definisi, klasifikasi, dan peluang kerja sama internasional dalam pembiayaan iklim dan perdagangan karbon.
Melalui roadmap yang terintegrasi dan pendekatan kolaboratif, Pertamina memperkuat posisinya dalam diplomasi iklim internasional serta membuka peluang investasi hijau di masa depan.
“Pertamina percaya bahwa keberlanjutan bukan hanya tujuan, tetapi fondasi utama transformasi bisnis yang resilien, kompetitif, dan berdaya saing global,” tegas Fadjar.