KOMPAS.com – Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik ( Bulog) mencatat rekor penyerapan gabah tertinggi dalam satu dekade terakhir. Hingga akhir Maret 2025, total penyerapan gabah setara beras telah mencapai lebih dari 725.000 ton.
Direktur Pengadaan Bulog Prihasto Setyanto menyampaikan, jumlah tersebut merupakan rekor tertinggi untuk periode Januari-Maret dalam 10 tahun terakhir.
"Penyerapan gabah yang mencapai lebih dari 725.000 ton setara beras ini merupakan capaian tertinggi BULOG dalam periode Januari–Maret dalam 10 tahun terakhir," ujar Prihasto dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (31/3/2025).
Ia menyebut, capaian itu sejalan dengan target pemerintah dan menjadi bagian dari upaya menjaga stabilitas cadangan pangan nasional.
Untuk mempercepat proses serapan, Bulog memperkuat kemitraan dengan petani, gabungan kelompok tani (gapoktan), serta penggilingan beras di berbagai daerah. Penyerapan dilakukan dengan harga sesuai ketentuan pemerintah, yakni Rp 6.500 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP).
“Kami berkomitmen untuk terus mendukung para petani dengan cara menyerap hasil panen mereka sehingga program penyerapan gabah ini menjadi wujud nyata komitmen kami dalam mendukung kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional,” ucap Prihasto.
Apresiasi atas capaian Bulog juga disampaikan Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog Sudaryono. Ia menyebut langkah tersebut penting untuk menjaga daya beli petani, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri, saat kebutuhan pangan meningkat.
“Bulog telah membeli GKP dari petani dengan harga Rp 6.500 per kg. Harga ini mencerminkan bentuk kehadiran pemerintah untuk menyejahterakan petani Indonesia. Ini adalah bukti perhatian nyata Presiden Prabowo melalui Bulog. Ini kebijakan nyata," kata Sudaryono yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Pertanian.
Menurut dia, harga tersebut memberikan dampak positif terhadap nilai tukar petani (NTP) dan mendorong ekonomi pedesaan. Petani pun bisa menikmati hasil kerja keras mereka dengan lebih layak.
Ia menambahkan, kebijakan ini tak hanya menjaga kesejahteraan petani, tapi juga memastikan ketersediaan beras nasional tetap aman. Pemerintah, kata dia, terus menyosialisasikan pembelian gabah sesuai harga acuan, sekaligus mengedukasi petani agar melakukan panen di waktu yang tepat.
“Hal ini sangat penting karena panen yang tepat akan menghasilkan gabah dengan kualitas yang lebih baik, yang tentunya akan berdampak positif bagi kesejahteraan petani,” terang Sudaryono.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Arwakhudin Widiarso menyebut, harga Rp 6.500 per kilogram dipastikan menguntungkan petani. Bulog ingin memastikan petani tidak merugi dan hasil panen mereka dibayar dengan layak.
Ia menambahkan, Bulog juga menggandeng berbagai pihak seperti pemerintah daerah, TNI, dan Polri untuk kelancaran penyerapan di seluruh wilayah.
“Dengan langkah dan capaian ini, Bulog berharap dapat terus berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang lebih kuat dan meningkatkan kesejahteraan petani serta mendukung pemerintah dalam mencapai target swasembada pangan di masa depan, sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” ujar Widiarso.