KOMPAS.com - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk dinilai memegang peranan vital dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Pembangunan sejumlah infrastruktur memadai yang dilakukan BUMN konstruksi pun bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Ketua Komisi VI DPR RI Anggia Erma Rini menjelaskan, BUMN konstruksi telah melalui perjalanan panjang dalam membangun infrastruktur di Indonesia, termasuk jalan tol, bandara, jembatan, bendungan, serta fasilitas publik lainnya.
“BUMN karya (konstruksi) berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, melalui konektivitas yang terbangun,” ujar Erma saat membuka Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Jakarta, Rabu (5/3/2025).
Ia juga menyoroti dampak positif dari pembangunan ini, seperti peningkatan lapangan pekerjaan dan pengurangan kesenjangan sosial yang kini dapat dirasakan oleh masyarakat.
Baca juga: Waskita Karya Sudah Bayar Utang Vendor 82 Persen, Sisa Rp 383 Miliar
Agar bisa terus berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan pertumbuhan ekonomi, Waskita menyusun rencana kerja dan peta jalan untuk 2025.
Salah satu rencana kerja itu adalah dengan menempatkan restrukturisasi keuangan sebagai pilar utama.
Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan, keberhasilan implementasi pilar tersebut menjadi dasar untuk melanjutkan sejumlah pilar strategis lainnya ke depan.
Ia menambahkan, persetujuan Master Agreement Restructuring (MRA) 2024 telah tercapai sesuai target.
Ermy menyebutkan, dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2024-2029, Waskita menetapkan beberapa pilar strategis lainnya, yaitu pengembangan usaha, peningkatan sumber daya manusia (SDM), governance, risk, and compliance (GRC), serta digitalisasi.
Melalui keempat pilar itu, visi Waskita menjadi perusahaan terdepan dalam membangun ekosistem yang berkelanjutan diharapkan dapat tercapai.
Terkait pertumbuhan usaha, Ermy mengungkapkan, Waskita berfokus pada perolehan Nilai Kontrak Baru (NKB).
Lebih lanjut, ia menyebutkan, Waskita tengah berfokus pada perolehan nilai kontrak baru (NKB) dalam hal pertumbuhan usaha.
Waskita, kata Ermy, akan membentuk komite manajemen risiko untuk menilai risiko dan kelayakan proyek, sebelum memutuskan untuk mengambil suatu proyek dan melakukan tender.
Perseroan juga melakukan sentralisasi keuangan. Dengan demikian, keuangan tidak lagi diatur masing-masing divisi, tetapi terpusat agar pengelolaannya lebih maksimal.
“Jadi pembayaran vendor langsung diatur oleh pusat,” ujar Ermy.
Ia menyebutkan, Waskita telah menyelesaikan utang vendor sebesar Rp 7 triliun. Sebanyak 38 persennya merupakan utang yang sudah lewat jatuh tempo atau past due.
Baca juga: Masjid Garapan Waskita Karya Siap Digunakan untuk Salat Tarawih
Ermy mengatakan, capaian tersebut tidak lepas dari transformasi tata kelola keuangan dan aset yang dilakukan perseroan sepanjang dua tahun terakhir.
Pada 2024, perusahaan berhasil memberikan kontribusi pajak signifikan kepada negara sebesar Rp 2,9 triliun.
Jumlah itu meningkat sekitar 107 persen year-on-year (YoY) jika dibandingkan kontribusi pajak Waskita pada 2023 sebesar Rp 1,4 triliun.
Mengenai SDM, Ermy mengatakan, peningkatan kompetensi pegawai menjadi bagian dari strategi bisnis yang dijalankan.
Waskita terus melaksanakan pemenuhan pelatihan dan sertifikasi guna menjawab tantangan pasar ke depan.
Ermy menambahkan, penguatan GRC juga terus dilakukan, salah satunya dengan memenuhi Roadmap Perbaikan Manajemen Risiko di Perseroan.
Peningkatan fungsi manajemen risiko itu dilakukan melalui assesment Risk Maturity Index (RMI) serta memastikan fungsi legal berjalan.
“Sebagai bentuk komitmen terhadap tata kekola perusahaan, perseroan juga membentuk beberapa komite di bawah direksi,” kata Ermy.
Beberapa komite tersebut, di antaranya Komite Manajemen Risiko, Komite Quality, Safety, Health, and Environment (QSHE), Komite Operasi Konstruksi dan Petunjuk Teknis Komite Operasi Konstruksi, Komite Pengadaan Non-Proyek dan Komite Investasi.
Ermy menambahkan, Waskita turut melakukan transformasi digital pada berbagai bidang.
Pada bidang operasional, perseroan mengintegrasikan Core System ERP SAP S/4 HANA dengan Building Information Modelling (BIM) dan perencanaan Last Planner System (LPS).
Ermy menyatakan, Waskita menjadi satu-satunya perusahaan konstruksi yang menggabungkan ketiga sistem tersebut.
Baca juga: Sepanjang 2024, Kinerja Waskita Karya Diapresiasi Menko Perekonomian hingga Fortune
Ada pula beberapa inovasi digital lainnya, seperti penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) Waskita Intelligent Sensing System (WISENS) pada beberapa pembangunan proyek guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan.
Dua proyek tersebut, di antaranya AI Pavement Crack Detection yang bertujuan membantu perusahaan mendeteksi kerusakan jalan, dan sekaligus sebagai target tidak adanya kegagalan dalam proses konstruksi atau zero defect.
“Melalui penggunaan AI tersebut, penghitungan jumlah dan jenis kerusakan secara otomatis bisa dilakukan lebih efisien sehingga dapat mendukung inspeksi dan pengawasan aset jalan tol. Waktu inspeksi yang dapat diefisiensi mencapai 40 persen lebih cepat,” jelas Ermy.
Lebih dari itu, Waskita juga melakukan transformasi pada sisi penguatan Tata Kelola Teknologi Informasi (TI).
Ermy menjelaskan, perusahaan melakukan sejumlah pengembangan sistem informasi, di antaranya pembuatan Dashboard Management Terintegrasi dan beberapa perbaikan pada sistem keuangan guna mendukung Internal Control Over Financial Reporting (IcoFR).
Baca juga: Dihapus dari Blacklist Kementerian ESDM, Waskita Bisa Ikut Tender Proyek Lagi
Secara keseluruhan, kata dia, ultimate goals transformasi yang dilakukan Waskita adalah menciptakan operational excellence secara berkesinambungan.
“Kami akan selalu berupaya untuk menyelesaikan proyek-proyek dengan mutu terbaik, tepat waktu, dan biaya yang efisien,” tutur Ermy.
Ermy menyatakan, saat ini Waskita telah mengefektifkan restrukturisasi atas tiga dari empat obligasi nonpenjaminan dan restrukturisasi MRA.
Seperti diketahui, pada 2024, perseroan mendapatkan persetujuan dari 21 kreditur perbankan terkait penyempurnaan atas MRA 2021 dengan nilai outstanding sebesar Rp 26,3 triliun.
Kemudian, Waskita juga mendapatkan persetujuan terkait Pokok Perubahan Perjanjian Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) oleh lima kreditur perbankan sebesar Rp 5,2 triliun.
“Dengan efektifnya restrukturisasi tersebut, Waskita dapat mengelola likuiditasnya untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok, baik atas utang perbankan maupun obligasi selama 2024,” jelas Ermy.
Ia menambahkan, kinerja perseroan juga mulai terlihat membaik pada 2024.
Baca juga: Waskita Karya Garap Proyek Land Development Papua Selatan Senilai Rp 109,6 Miliar
Berdasarkan laporan keuangan pada kuartal III-2024, Waskita mencatatkan kenaikan laba bruto sebesar 33,18 persen secara YoY menjadi Rp 1,03 triliun.
Sebelumnya, pada periode yang sama 2024, Waskita mencatatkan laba bruto sebesar Rp 773,93 miliar.
Nilai Gross Profit Margin (GPM) Waskita pun naik menjadi 15,19 persen, setelah pada kuartal tiga tahun lalu sebesar 9,90 persen.
Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) Waskita turut naik hingga 141 persen, dari Rp 252 miliar menjadi Rp 609 miliar per September 2024.
Ermy menegaskan, sebagai BUMN konstruksi yang memiliki pengalaman lebih dari 64 tahun, Waskita akan terus menjaga stabilitas keuangan serta melakukan divestasi jalan tol.
“Kemudian mengembalikan core business perusahaan sebagai perusahaan konstruksi yang berfokus pada sektor gedung, infrastruktur air, jalan, dan jembatan,” katanya.
Perlu diketahui, Waskita tengah mengerjakan 68 proyek berjalan dengan total nilai sebanyak Rp 44,7 triliun.
Baca juga: Renovasi 38 Sekolah di Cianjur, Waskita Karya Bagikan Makan Siang Gratis ke Ratusan Siswa
Sebanyak 61 persen, di antaranya merupakan proyek konektivitas, 21 persen sumber daya air, 17 persen gedung, dan dua persen engineering, procurement, and construction (EPC).
Sementara itu, proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sedang dibangun Waskita berjumlah 31, dengan nilai kontrak mencapai Rp 17,1 triliun.
Proyek tersebut didominasi sumber daya air dengan persentase hingga 58 persen, sedangkan 26 persen lainnya gedung, serta 16 persen konektivitas.