KOMPAS.com – Dalam mendukung proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) kilang Refinery Unit (RU) V Balikpapan sebagai proyek strategis nasional, PT Perusahaan Gas Negara Tbk ( PGN) membangun pipa gas Senipah ke Kilang RU V Balikpapan sepanjang 78 kilometer (km) dengan kapasitas alir 125 million standard cubic feet per day (mmscfd).
Komisaris Utama PGN Arcandra Tahar mengatakan, PGN juga turut mewujudkan investasi strategis yang mengedepankan efisiensi dan sinergi dalam Holding minyak gas dan bumi ( Migas), salah satunya pada pembangunan pipa minyak Rokan.
“Pipa transmisi minyak sepanjang 324 km ini akan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan lifting dari Blok Rokan. Dengan kapasitas alir sebesar 143.000-362.000 barrel of oil per day (bopd), diharapkan pengaliran yang terjadi si semua segmen dapat direalisasikan pada triwulan IV-2022,” ungkap Arcandra dalam keterangan persnya, di Jakarta, Rabu (31/8/2022).
Lebih lanjut, Arcandra mengatakan, penggunaan gas bumi di sektor strategis juga menyasar untuk kebutuhan rumah tangga.
Baca juga: Dukung Transisi Hemat Energi, PGN Optimalkan Layanan Gas Bumi ke Fajar Paper
Adapun pembangunan jaringan gas ( jargas) dengan skema investasi internal jargas Gaskita ini ditujukan untuk mendorong pemanfaatan gas bumi sebagai pengganti Liquefied Petroleum Gas ( LPG), sehingga akan mengurangi impor LPA dan memperbaiki defisit neraca migas.
“Berdasarkan data penggunaan gas bumi pada 650.000 sambungan rumah tangga di tahun 2021, dapat dilakukan efisiensi energi sebesar Rp 1,78 triliun.
Komitmen kami adalah meningkatkan pembangunan infrastruktur pipa gas bumi, sehingga efisiensi dapat juga dinikmati lebih banyak oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), komersial, dan industri, khususnya di Sumatera, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Timur (Jatim),” katanya.
Pemulihan ekonomi dunia dari pandemi Covid-19 yang cepat memicu konsumsi energi terus mengalami peningkatan. Sementara dalam waktu bersamaan, perang Rusia-Ukraina telah membuat empat persen pasokan minyak ke pasar dunia menjadi terganggu.
Akibatnya, harga energi terus melambung tinggi dan mendorong lonjakan inflasi serta krisis energi di banyak negara di dunia.
Baca juga: Pertamina Gandeng Kerja Sama Transisi Energi dengan Sejumlah Perusahaan, demi Turunkan Emisi Karbon
Komisaris Utama PGN Arcandra Tahar mengatakan, di Eropa harga energi semakin tinggi lantaran sejumlah negara lebih fokus mengembangkan energi baru terbarukan atau renewable energy dan membatasi eksplorasi industri migas.
“Tantangan dunia hari ini adalah keterbatasan sumber energi akibat adanya perang dan pemulihan ekonomi yang positif akibat pandemi Covid-19. Banyak negara di Eropa yang mengalami krisis energi mulai kembali melakukan eksplorasi terhadap energi fosil yang sebelumnya mereka abaikan,” jelas Arcandra.
Dalam mewujudkan Net Zero Cabon pada 2050-2060, Arcandra mengatakan, terdapat dua paradigma besar. Dua paradigma ini adalah fokus untuk mengembangkan renewable dan membatasi eksplorasi migas, termasuk penggunaan batu bara.
Sementara di Amerika Serikat (AS), energi fosil masih akan menjadi sumber utama energinya dan dampak peningkatan karbon dalam penggunaan energi fosil direspons AS dengan optimalisasi teknologi.
Baca juga: PGN Fokus Tingkatkan Utilisasi Gas Bumi dan Jaga Ketahanan Energi
“Sejak tahun lalu, Eropa sudah mengalami krisis energi. Kondisi itu semakin parah ketika terjadi perang Rusia-Ukraina. Saat ini, Eropa merespon ancaman energi ini dengan kembali mendorong eksplorasi dan eksploitasi minyak,” ujar Arcandra.
Melihat permasalahan itu, beberapa negara seperti Norwegia telah berusaha memangkas produksi migas dari empat juta barel per hari menjadi satu juta barel per hari.
Sama halnya dengan yang dilakukan oleh Inggris dan Belanda yang mempercepat Final Investment Decision (FID) di blok-blok migas yang selama ini tersendat.
Berbeda dengan Eropa yang mengganti operator atau investor agar lebih agresif dalam mengembangkan lapangan-lapangan yang selama ini terbengkalai.
Selain itu, dukungan pemerintah dan kontrol penuh negara terhadap PGN sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diharapkan mampu memperkuat ketahanan energi di negara tersebut.
“Strategi yang dilakukan oleh negara Eropa ini tentunya bisa menjadi masukan bagi kita dalam pengelolaan energi untuk kedepannya. Termasuk mendorong peran strategis PGN sebagai Subholding gas untuk berperan semakin besar dalam pemenuhan gas bumi bagi sektor-sektor strategis di dalam negeri,” kata Arcandra.