Masinis yang Melintasi Badai, Perjalanan Didiek Hartantyo Memimpin Transformasi KAI di Masa Kritis

Kompas.com - 26/05/2025, 14:04 WIB
ADW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Masih terekam jelas dalam ingatan kengerian pandemi Covid-19 yang melanda pada 2020. Kala itu, ketakutan tertular virus mematikan membatasi ruang gerak banyak orang.

Banyak yang takut keluar rumah untuk beraktivitas, apalagi bepergian menggunakan transportasi umum. Situasi itu seperti mimpi buruk bagi penyedia layanan perjalanan, termasuk kereta api.

Namun, di tengah kekacauan tersebut, Didiek Hartantyo berani mengambil langkah menjadi masinis PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, saat ditunjuk sebagai Direktur Utama pada 8 Mei 2020.

Di tengah gelombang krisis serta situasi nasional masih diselimuti ketidakpastian, ia menerima amanah besar, yakni menyelamatkan roda perkeretaapian nasional dari potensi kelumpuhan.

Baca juga: KAI Jember Hadirkan Program Schooliday Sambut Libur Sekolah, Ada Diskon Tiket 20 Persen

Baru saja menjabat, ia langsung dihadapkan pada kenyataan bahwa hampir seluruh layanan kereta penumpang harus dihentikan. Belum lagi, pendapatan yang terancam turun, stasiun-stasiun lengang, dan ribuan pekerja menghadapi ketidakpastian.

Meski begitu, Didiek memilih untuk tidak panik. Ia menolak opsi pemutusan hubungan kerja karyawan. Ia justru membentuk tim kecil untuk memantau keuangan perusahaan secara mendetail, memperkuat bisnis perusahaan di bidang logistik, dan memulai transformasi sistem dari dalam. 

Didiek selalu hadir bukan hanya di ruang rapat, tetapi juga di jalur-jalur operasional, memastikan bahwa roda tetap bergerak meski perlahan.

Kisah kepemimpinan Didiek membawa PT KAI keluar dari jurang pandemi itu pun diabadikan dalam buku Masinis yang Melintasi Badai, yang diluncurkan di Menara Kompas, Jakarta, Rabu (15/5/2025). 

Baca juga: Budaya Keselamatan KAI Capai Level Proaktif, Dirut Didiek : Hasil Sinergi Seluruh Elemen

Buku yang ditulis oleh Zulfikar Akbar dan Wisnu Nugroho serta diterbitkan oleh Kompas itu tidak seperti buku biografi pada umumnya.

Karya itu tidak dibangun dari wawancara langsung dengan Didiek, melainkan dari cerita-cerita mereka yang bekerja bersamanya, merasakan keputusannya, dan menyaksikan dampaknya.

“Buku ini tidak dibuat dari narasi Pak Didiek sendiri, tetapi dari orang-orang yang terkena cahaya kepemimpinannya,” ujar Wisnu dalam acara peluncuran.

Wisnu menuturkan bahwa keputusan untuk tidak mewawancarai langsung sang tokoh utama justru membuka ruang bagi suara-suara yang merasakan dampak nyata dari kepemimpinan Didiek. 

Menurutnya, cerita dalam buku itu lahir dari interaksi, testimoni, hingga pengamatan harian yang mengalir dari bawah ke atas. Sebuah pendekatan yang dinilai lebih tulus dan jujur.

“Pemimpin sejati adalah mereka yang bekerja dalam hening. Heningnya Pak Didiek justru lantang dalam hasil,” katanya.

Strategi hadapi krisis

Dalam sesi gelar wicara peluncuran bukunya, Didiek mengisahkan awal pandemi sebagai tantangan tersulit dalam kariernya.

Ia bercerita, situasi berubah drastis, mulai dari jumlah penumpang merosot tajam, pendapatan anjlok, dan operasional hampir terhenti. Namun, dari tekanan itu lahir keteguhan dan arah yang jelas.

“Kereta api tidak hanya bertransformasi secara digital dan organisasi, tapi juga secara budaya,” ucapnya.

Pandemi, kata Didiek, menjadi ujian nilai dan kemanusiaan sekaligus kesempatan mendewasakan seluruh pihak, termasuk KAI.

Baca juga: Jalin Kolaborasi dengan Deutsche Bahn, Dirut KAI: Kami Bertekad Jadi Katalis Transformasi Hijau di Indonesia

Selain itu, imbuhnya, pandemi juga harus dipandang sebagai pelajaran besar yang mengajarkan pentingnya ketahanan, kecepatan berpikir, dan keberanian untuk mengambil keputusan sulit.

Selama masa krisis, Didiek menerapkan empat strategi utama untuk memastikan bisnis tetap berjalan sambil tetap melindungi semua orang yang terlibat di dalamnya. 

 Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo berkisah bahwa masa awal pandemi merupakan tantangan tersulit dalam kariernya. KOMPAS.com/Anissa Dea Widiarini Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo berkisah bahwa masa awal pandemi merupakan tantangan tersulit dalam kariernya.

Pertama, menjaga likuiditas perusahaan. Didiek menjelaskan, pendapatan KAI turun drastis dari Rp 2,6 triliun per bulan menjadi sekitar Rp 2 triliun setahun. Maka dari itu, ia memutuskan memantau keuangan secara ketat, bahkan hingga ke arus kas mingguan. 

Kedua, optimalisasi angkutan barang. Ketika penumpang tidak lagi dapat diandalkan, kereta barang menjadi tumpuan. Telur, air minum, pupuk, hingga bahan pokok diangkut demi menjaga kelangsungan perusahaan.

Ketiga, efisiensi menyeluruh. KAI berhasil menekan biaya hingga lebih dari Rp 6 triliun pada 2020. Hal ini berkat belanja nonesensial yang dikurangi, proyek-proyek ditinjau ulang, dan kerja sama dengan mitra dinegosiasi ulang.

Keempat, tanpa pemutusan hubungan kerja. Selama pandemi, KAI tidak melakukan pengurangan pegawainya yang mencapai lebih dari 25.000 orang. Hal ini sejalan dengan filosofi kepemimpinan Didiek yang menempatkan kemanusiaan di atas segalanya, terutama di tengah krisis pandemi yang penuh ketidakpastian.

Protect our people. Itu komitmen kami. Tidak ada satu pun pegawai yang kami lepas,” tegasnya.

Filosofi kepemimpinan

Pada acara peluncuran, Wisnu membacakan kutipan dari halaman 37 buku yang menurutnya merangkum kekuatan pola pikir yang diyakini Didiek.

"Saat itu, apa pun yang memungkinkan membawa pendapatan tetap kami lakukan. Akhirnya, terlepas besarnya masalah di depan mata, mindset yang kita bangun saat berhadapan dengan masalah yang akan paling menentukan.” 

Baca juga: Dirut KAI Isi Kuliah Umum di FEB UI, Bahas Perkeretaapian yang Ramah Lingkungan

Kutipan itu menegaskan bahwa kekuatan kepemimpinan Didiek berawal dari cara pandang dalam memaknai masalah dan peluang, bukan sekadar dari strategi teknis semata.

Pada kesempatan itu, Didiek juga mengatakan bahwa ia mengusung tiga filosofi dalam kepemimpinannya, yakni adaptif, solutif, dan kolaboratif. 

Menurutnya, filosofi itu akan tetap relevan seiring dengan perkembangan dan tantangan zaman. Bahkan, penerapan filosofi ini mampu memberikan nilai tambah, baik bagi perusahaan maupun ekonomi nasional.

Kisah yang mengalir

Selain cerita tentang Didiek dari pengamatan penulis, buku itu juga mengajak pembaca mengenal Didiek dari perspektif orang-orang yang bekerja bersamanya. 

Salah seorang masinis, Muhammad Ainul Yakin, menceritakan bahwa di tengah ketakutan pandemi dan maraknya PHK, KAI tetap menjaga dirinya dan keluarganya.

“Kami dijaga. Tidak ada yang di-PHK. Itu membuat kami merasa dihargai,” ujarnya.

Sementara itu, Zulfikar, penulis buku, menjelaskan proses penulisan yang bersifat natural dan jujur, berdasar cerita nyata dari para pegawai dan pengguna jasa.

Baca juga: KAI Raih 2 Penghargaan Bergengsi, Dirut KAI: Jadi Motivasi untuk Terus Berinovasi

“Kereta api bukan sekadar alat transportasi. Ia adalah denyut nadi yang menyentuh banyak kehidupan,” katanya.

Proses penulisan buku Masinis yang Melintasi Badai berlangsung kurang dari tiga bulan. Zulfikar menegaskan, tidak ada narasi yang direkayasa, semua mengalir dari pengamatan dan pengalaman nyata.

“Saya hanya menuliskan apa yang saya lihat dan dengar dari mereka yang pernah bertemu Pak Didiek. Tidak ada yang dikarang,” ujar Zulfikar.

Terkini Lainnya
Komitmen Lawan Korupsi di Hakordia 2025, KAI: Tanggung Jawab Moral dari Kepercayaan Jutaan Pelanggan

Komitmen Lawan Korupsi di Hakordia 2025, KAI: Tanggung Jawab Moral dari Kepercayaan Jutaan Pelanggan

Kereta Api Indonesia
Berkat Transformasi Digital, KAI Raih Penghargaan Penyedia Transportasi Nasional Luar Biasa

Berkat Transformasi Digital, KAI Raih Penghargaan Penyedia Transportasi Nasional Luar Biasa

Kereta Api Indonesia
Peduli Pelanggan, Dirut KAI Kunjungi Penumpang KA Purwojaya yang Anjlok Sabtu Lalu

Peduli Pelanggan, Dirut KAI Kunjungi Penumpang KA Purwojaya yang Anjlok Sabtu Lalu

Kereta Api Indonesia
Antisipasi Banjir, KAI Operasikan Lokomotif Diesel Hidrolik di Jalur Semarang Tawang–Alastua

Antisipasi Banjir, KAI Operasikan Lokomotif Diesel Hidrolik di Jalur Semarang Tawang–Alastua

Kereta Api Indonesia
Operasional Kembali Normal, KAI Pastikan Perjalanan dari Jakarta Aman dan Tepat Waktu

Operasional Kembali Normal, KAI Pastikan Perjalanan dari Jakarta Aman dan Tepat Waktu

Kereta Api Indonesia
Terima Kunjungan Dubes Inggris, KAI Dorong Pengembangan Berkelanjutan di Kawasan Stasiun Tawang

Terima Kunjungan Dubes Inggris, KAI Dorong Pengembangan Berkelanjutan di Kawasan Stasiun Tawang

Kereta Api Indonesia
513 SDM KAI Siap Ambil Alih Operasional Whoosh, Wujud Kedaulatan Teknologi Indonesia

513 SDM KAI Siap Ambil Alih Operasional Whoosh, Wujud Kedaulatan Teknologi Indonesia

Kereta Api Indonesia
Dukung Target NZE 2060, KAI dan PLN Sepakat Elektrifikasi Jalur Kereta Nasional

Dukung Target NZE 2060, KAI dan PLN Sepakat Elektrifikasi Jalur Kereta Nasional

Kereta Api Indonesia
Cegah Pencucian Uang, KAI dan PPATK Teken MoU Pengawasan Keuangan

Cegah Pencucian Uang, KAI dan PPATK Teken MoU Pengawasan Keuangan

Kereta Api Indonesia
Malam Puncak HUT Ke-80 KAI, 8 Dekade Jadi Simbol Kematangan, Ketahanan dan Komitmen

Malam Puncak HUT Ke-80 KAI, 8 Dekade Jadi Simbol Kematangan, Ketahanan dan Komitmen

Kereta Api Indonesia
Rayakan HUT Ke-80, KAI Luncurkan E-Sport Center Pertama di Stasiun Gambir

Rayakan HUT Ke-80, KAI Luncurkan E-Sport Center Pertama di Stasiun Gambir

Kereta Api Indonesia
Rayakan HUT ke-80, KAI Tegaskan Modernisasi dan Catat Rekor MURI

Rayakan HUT ke-80, KAI Tegaskan Modernisasi dan Catat Rekor MURI

Kereta Api Indonesia
HUT Ke-80 KAI, Dirut Bobby Rasyidin: Semakin Melayani untuk Bangsa

HUT Ke-80 KAI, Dirut Bobby Rasyidin: Semakin Melayani untuk Bangsa

Kereta Api Indonesia
HUT Ke-80 KAI: Jejak Transformasi dari Masa Sulit hingga Jadi Moda Transportasi Andalan

HUT Ke-80 KAI: Jejak Transformasi dari Masa Sulit hingga Jadi Moda Transportasi Andalan

Kereta Api Indonesia
Gelar Malam Jejak Abadi, KAI Beri Penghormatan dan Apresiasi 422 Karyawan Purna Tugas

Gelar Malam Jejak Abadi, KAI Beri Penghormatan dan Apresiasi 422 Karyawan Purna Tugas

Kereta Api Indonesia
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com