KOMPAS.com - PT Pelindo Terminal Petikemas menargetkan pemindahan operasional Terminal Petikemas Makassar ( TPM) dari Pelabuhan Soekarno Hatta ke Makassar New Port ( MNP) akan tuntas pada 2027 mendatang.
Saat ini, aktivitas terminal peti kemas di Makassar dilakukan di dua lokasi, yakni Terminal 1 (TPM) dan Terminal 2 (MNP).
Pengelolaan kedua terminal tersebut dilakukan TPK New Makassar yang merupakan cabang dari PT Pelindo Terminal Petikemas.
Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra mengatakan, TPM menangani sekitar 55 persen peti kemas yang keluar maupun masuk ke Makassar. Lalu, 45 persen lainnya dilakukan di MNP.
Pada 2024 lalu, jumlah peti kemas yang ditangani TPK New Makassar mencapai 743.321 twenty-foot equivalent unit (TEUs) atau tumbuh sekitar 3,5 persen dari 2023 yang tercatat sebanyak 717.883 TEUs.
Baca juga: Dorong UMKM Bersaing di Pasar Internasional, Pelindo Kirim UMK Binaaan ke Kanada
Widyaswendra mengatakan, pihaknya akan melakukan pemindahan beberapa sarana dan prasarana pendukung secara bertahap untuk menunjang kegiatan di MNP.
“Rencananya kami akan mendatangkan empat unit rubber tyred gantry (derek peti kemas di lapangan penumpukan) dan menyiapkan area pemeriksaan kepabeanan (loongroom),” katanya dalam siaran pers, Rabu (7/5/2025).
Dia menambahkan, pemindahan aktivitas bongkar muat peti kemas ke MNP tak lepas dari peningkatan arus peti kemas yang setiap tahun terus tumbuh.
Kapasitas TPM hanya mampu melayani 700.000 TEUs per tahun, sedangkan kapasitas yang tersedia di MNP mencapai 2,5 juta TEUs per tahun.
Adapun MNP sendiri dibangun sejak 2014 dan mulai beroperasi pada 2019 yang selanjutnya diresmikan Presiden ke-7 RI pada 22 Februari 2024.
Baca juga: Percepat Keruk Pelabuhan Pulai Baai Bengkulu, Pelindo Tambah Kapal Besar
Saat ini, MNP telah terhubung dengan akses jalan tol yang menghubungkan Makassar dengan beberapa kota penyangga di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Sejumlah komoditas yang menjadi unggulan untuk dikirim dari luar Makassar, di antaranya rumput laut, nikel, ikan beku, jagung, kelapa dan beberapa komoditas lainnya.
Makassar New Port juga disiapkan sebagai pelabuhan utama (main hub port) peti kemas domestik untuk kawasan timur Indonesia.
“Makassar New Port saat ini memiliki kedalaman kolam dermaga minus 16 meter (m) di bawah permukaan air laut dan dilengkapi juga dengan 6 unit quay container crane (derek peti kemas di dermaga), dan dua di antaranya tipe post panamax,” jelasnya.
Dengan demikian, kata Widyaswendra, kapal-kapal besar kapasitas lebih dari 3.000 TEUs dapat masuk langsung ke MNP.
Baca juga: Naik 28 Persen, Setoran Pelindo Petikemas kepada Negara Capai Rp 1,94 Trilun
Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Asosiasi Pelayaran Nasional (INSA) Makassar, Zulkifli Zahril menegaskan, pihaknya mendukung pemindahan aktivitas pelayanan bongkar muat peti kemas ke Makassar New Port sesegera mungkin.
Menurutnya, dengan bertumbuhnya arus peti kemas dan ukuran kapal yang semakin besar, diperlukan terminal yang memiliki fasilitas untuk melakukan pelayanan tersebut.
Keberadaan MNP dengan kolam yang dalam dan alat jenis post panamax menjadi pemicu pelayaran internasional untuk melakukan penjajakan membuka layanan di Makassar.
“Saat ini, kami mencatat peningkatan peti kemas yang luar biasa, terlebih saat musim panen jagung dan beras, hasil alam dari Sulsel dikirim ke berbagai wilayah Indonesia, sedangkan untuk ekspor, komoditas unggulan kami adalah rumput laut dan nikel,” ungkapnya.
Sementara itu, Branch Manager SITC Indonesia Makassar Dwi Indriyani mengatakan, MNP memiliki fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan SITC.
Salah satu pelaku usaha pelayaran internasional itu menyebutkan, hal tersebut sejalan dengan jumlah aktivitas bongkar muat SITC yang semakin meningkat.
Baca juga: Restorasi Ekosistem Pesisir, Pelindo Salurkan GPS hingga Sistem Analisis Satelit untuk Nelayan
Dwi mengaku memiliki jadwal kedatangan kapal setiap minggu satu kali dengan jumlah bongkar muat peti kemas rata-rata 350 boks.
Bahkan, ketika permintaan ekspor rumput laut meningkat, aktivitasnya bisa mencapai 500 boks per minggu.
“Saat ini, kami berkegiatan di TPM, tetapi kami akan segera memindahkan kegiatan ke MNP saat fasilitas, seperti longroom dan pendukung lainnya, sudah tersedia di MNP,” terang Dwi.