KOMPAS.com – PT Aneka Tambang Tbk (Antam) melalui Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBP) Nikel Maluku Utara tengah aktif melakukan upaya konservasi keanekaragaman hayati, baik di darat maupun di laut. Tindakan ini merupakan wujud komitmen perusahaan untuk melestarikan keanekaragaman hayati.
Inisiatif tersebut sejalan dengan praktik pertambangan yang baik atau Good Mining Practice (GMP) yang menjadi bagian integral dari cara beroperasi Antam. Komitmen ini tidak hanya untuk meminimalkan dampak lingkungan melalui manajemen, rehabilitasi, dan pemantauan, tetapi juga mencakup kontribusi positif kepada masyarakat dan komunitas setempat.
Komitmen Antam terhadap lingkungan tidak hanya memenuhi standar yang diwajibkan, tetapi juga tercermin dalam semua aspek kegiatan pertambangan dan tahap pascatambang yang mereka lakukan.
Dalam siaran persnya, Rabu (3/1/2023), Antam menyatakan bahwa mereka secara rutin telah melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan, termasuk pemantauan biota baik di darat maupun di laut.
Baca juga: Pemanasan Global Mengikis Cangkang Kerang dan Terumbu Karang di Laut
Pemantauan biota adalah suatu proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, dan pendokumentasian secara verbal dan visual terhadap komponen biologi.
Proses tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur standar tertentu dan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu.
Pemantauan tersebut memiliki tujuan untuk memahami berbagai fenomena yang terjadi pada tingkat lokal, kawasan, atau bahkan regional. Sebagai contoh kegiatan pemantauan biota laut dan darat pada 2022 merupakan kelanjutan dari upaya pemantauan yang telah dilakukan sejak Oktober 2012 hingga Mei 2022.
"Hasil pemantauan pada 2022 menunjukkan bahwa tutupan dasar terumbu karang di empat lokasi kajian didominasi oleh komponen karang hidup, abiotik seperti pasir dan pecahan karang, serta karang mati yang sudah ditumbuhi dead coral with algae (DCA)," ucap General Manager (GM) Antam UBP Nikel Maluku Utara Ery Budiman dalam siaran persnya.
Baca juga: Daftar Wanita Tercantik di Indonesia Versi TC Candler 2023, Ada Lyodra dan Dita Karang
Dari pengamatan jenis karang sepanjang transek pada 17 stasiun di empat lokasi, teridentifikasi 139 jenis karang keras (scleractinia) dan enam jenis karang lunak (soft coral). Keadaan karang yang relatif baik ini memberikan dampak positif pada keragaman dan kelimpahan jenis ikan karang di 17 stasiun terumbu karang pada empat lokasi.
Sebanyak 104 jenis ikan karang dari 19 famili dan 48 genera ditemukan di sekitar area konservasi laut Antam UBP Nikel Maluku Utara.
"Kelimpahan dan keragaman jenis ikan karang bervariasi antara 2.960 dan 18.840 ekor per hektar (ha) dengan jumlah jenis berkisar antara sembilan hingga 33 jenis. Tingkat keragaman tertinggi ditemukan di lokasi pulau, khususnya di Pulau Gee (Stasiun GI dan GIII) dan Pulau Pakal (Stasiun PI dan PIV),” ujar Ery.
Selain berfokus pada upaya konservasi laut, Antam UBP Nikel Maluku Utara juga aktif melaksanakan kegiatan konservasi di area daratan atau terestrial di sekitar wilayah operasional perusahaan.
Baca juga: Pendiri Taman Safari Dinobatkan sebagai Bapak Konservasi Lingkungan Hidup Indonesia
Hasil pengamatan terhadap flora pada 2022 mencatat total sebanyak 190 spesies tumbuhan yang tersebar di berbagai stasiun pengamatan.
Semua jenis tumbuhan yang tercatat berasal dari 78 suku (familia), meliputi 95 spesies hutan dataran rendah dan perbukitan, 29 jenis tumbuhan pantai, tujuh jenis mangrove, 21 jenis paku-pakuan, delapan jenis palem, tiga jenis kantong semar, dua spesies anggrek, tiga spesies epifit, lima jenis liana, enam jenis rumput, empat jenis tanaman penghijauan, dan empat jenis tanaman budi daya.
Dari total 190 jenis tumbuhan yang tercatat di area konservasi terestrial, empat jenis di antaranya mendapatkan perlindungan berdasarkan undang-undang (UU), sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 106 Tahun 2018.
Keempat jenis tersebut, meliputi Palem Khas Maluku (Pigafetta filaris) dan tiga spesiesKantong Semar, yaitu Nepenthes halmahera, Nepenthes mirabilis, dan Nepenthes weda.
Baca juga: Penyelamatan Nepenthes rigidifolia, Kantong Semar Asli Sumatera Utara
Meskipun tidak secara spesifik tercantum dalam lampiran UU, sebagian besar spesies kantong semar di Indonesia termasuk dalam jenis flora yang dilindungi. Kantong semar juga masuk dalam Appendiks II CITES yang mengharuskan adanya izin khusus untuk perdagangannya (flora budi daya).
Beberapa jenis lain yang termasuk dalam kategori Appendiks II CITES meliputi Alsophila (Cyathea) glauca, Orchidaceae, Diospyros spp., Gonystylus spp., dan Cycas circinalis. Sementara itu, pakis haji (Cycas circinalis) memiliki status terancam punah (endangered) karena populasi mereka semakin berkurang di alam.
Selain keanekaragaman flora atau tumbuhan, berbagai jenis burung juga ditemukan di sekitar wilayah operasi Antam UBPN Maluku Utara.
Total 87 spesies burung dari 40 suku tercatat selama 19 kali survei dari November 2012 hingga Desember 2022.
Baca juga: Studi Ungkap 1400 Spesies Burung Punah karena Manusia, Kok Bisa?
Hasil pemantauan burung pada Desember 2022 menunjukkan keberadaan 39 spesies burung dari 27 suku. Catatan ini tidak jauh berbeda dengan hasil pemantauan sebelumnya yang mencatat 42 spesies burung dari 28 suku.
Jumlah spesies burung yang ditemukan pada setiap periode pemantauan berfluktuasi antara 20 hingga 43 jenis burung, dengan rata-rata 35 spesies per periode pemantauan.
Pada survei 2022, ditemukan sepuluh jenis burung endemik Maluku Utara, di antaranya Pergam Boke, Walik Kepala-kelabu, Walik Topi-biru, Kakatua Putih, Cekakak Biru-putih, Kapasan Halmahera, Brinji Emas Halmahera, Cendrawasih Gagak, Gagak Halmahera, dan Paok Halmahera.
Menurut Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 atau P.106/2018, sepuluh spesies burung yang ditemukan pada survei kali ini (Desember 2022) termasuk dalam spesies yang dilindungi oleh UU.
Baca juga: Cerita Davis, Remaja 17 Tahun Asal Kupang Penemu Spesies Serangga Ranting Baru
Spesies tersebut mencakup Elang Bondol, Alap-alap Sapi, Gosong Kelam (Maleo), Kakatua Putih, Nuri Bayan, Nuri Pipi-merah, Julang Papua, Cendrawasih Gagak, Gagak Halmahera, dan Paok Halmahera.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa lingkungan di wilayah operasi Antam Maluku Utara masih berada dalam keadaan baik.
Lingkungan tersebut menjadi habitat yang penting bagi berbagai jenis burung dan masih mampu mendukung kehidupan satwa liar, terutama burung. Hal ini mencakup spesies burung penetap, burung endemik, burung yang dilindungi UU, maupun burung migran.
Sebagai informasi, program Konservasi Biota Laut yang dilakukan oleh Antam UBP Nikel Maluku Utara merupakan manifestasi komitmen perusahaan dalam menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati, khususnya ekosistem laut dan daerah pesisir pantai.
Baca juga: Si Buta-Buta dari Pesisir Pantai
Tujuan utama dari program tersebut adalah untuk mempertahankan kelestarian ekosistem laut dan pesisir di Pulau Pakal dan Pulau Gee, melakukan rehabilitasi biota laut di sekitar kedua pulau tersebut, dan membentuk kolaborasi lintas sektor guna perlindungan keanekaragaman hayati.
Program tersebut memfokuskan beberapa sasaran, seperti peningkatan indeks keanekaragaman hayati biota laut, pengembangan Pulau Pakal dan Pulau Gee menjadi kawasan konservasi dengan kehadiran kebun bibit atau plasma nutfah lamun dan terumbu karang, serta restorasi fungsi ekologis biota laut di sekitar Pulau Pakal dan Pulau Gee.
Dalam upaya mengimplementasikan komitmen perusahaan terhadap pelestarian ekosistem laut dan pesisir, Antam UBP Nikel Maluku Utara telah menjalin kemitraan lokal dengan kelompok penyelam kecamatan dan ahli kelautan dari Universitas Hasanuddin (Unhas).
Dalam kerja sama tersebut, mereka melaksanakan kegiatan restorasi terumbu karang dan lamun, pemasangan signboard di titik-titik krusial biota laut, serta melakukan monitoring dan evaluasi keanekaragaman hayati secara berkala.
Baca juga: Hubungan Antara Biota Laut dengan Habitatnya
Program Konservasi Biota Laut tersebut melibatkan pemantauan berkala terhadap beberapa bioindikator, termasuk plankton, terumbu karang, bentos, padang lamun, serta ikan karang.
Hasil monitoring yang dilakukan oleh Tim Keanekaragaman Hayati dari Unhas menunjukkan bahwa di Pulau Pakal dan Pulau Gee terdapat sembilan jenis lamun yang menjadi habitat bagi 49 jenis ikan yang ditemukan berhubungan dengan padang lamun di sekitar kedua pulau tersebut.
Sementara itu, kondisi dasar terumbu karang didominasi oleh komponen karang hidup, abiotik seperti pasir dan pecahan karang, dan karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA).
Dibandingkan dengan pengamatan pada periode sebelumnya (Desember 2022), terjadi peningkatan nilai tutupan karang hidup di semua stasiun pengamatan. Bahkan, untuk semua stasiun di Pulau Gee, peningkatannya cukup signifikan. Hasil capaian ini merujuk pada Laporan Pemantauan Biota Laut dan Darat Semester I-2023.
Baca juga: Keliling Akuarium Indoor Pertama di Tangerang Selatan, Ada 25.000 Biota Laut
Capaian program konservasi biota laut yang dilakukan oleh Antam UBPN Maluku Utara pada semester I-2023 menunjukkan keragaman dan kelimpahan ikan karang di tujuh stasiun terumbu karang di Pulau Gee dan Pulau Pakal. Ada sekitar 102 jenis ikan karang yang berasal dari 19 famili dan 51 genera.
Kelimpahan dan keragaman jenis ikan karang di perairan sekitar area penambangan Antam UBPN Maluku Utara bervariasi antara 8.760 dan 23.200 ekor per ha, dengan jumlah jenis antara 17 hingga 33 jenis.
Program keanekaragaman hayati yang dijalankan telah memberikan kontribusi efektif dalam mengatur pemanenan, menghentikan penangkapan ikan berlebihan, menanggulangi penangkapan ikan ilegal, serta praktik penangkapan ikan yang merusak lingkungan.
Selain itu, program tersebut juga melaksanakan rencana pengelolaan berbasis ilmu pengetahuan untuk memulihkan persediaan ikan secara berkelanjutan.