KOMPAS.com – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Industri Pertambangan Mining Industry Indonesia ( MIND ID) bersama anggotanya PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), PT Timah Tbk berkomitmen mewujudkan ekosistem energi baru terbarukan yang diusung pemerintah.
Hal tersebut dapat terpenuhi berkat kerja sama dan sinergi antar-BUMN serta dukungan pemerintah dalam program pengembangan electric vehicle ( EV) dan EV baterai terintegrasi.
Tren pasar atas kebutuhan baterai EV di dunia mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir. Pada 2025, kebutuhan baterai EV dunia diprediksi mencapai 5300 giga Watt hour (GWh) yang didominasi kebutuhan dari kendaraan listrik, khususnya roda empat.
Sementara itu, data permintaan baterai EV di Indonesia menunjukkan akan mencapai 59 GWh hingga tahun 2035 dan didominasi sektor transportasi.
MIND ID bersama PT Antam Tbk pun membentuk anak usaha yang fokus mengembangkan bisnis baterai di Indonesia. Anak usaha ini diberi nama Indonesia Battery Company (IBC).
Baca juga: Grup Mind ID Hadirkan Teknologi 5G Underground Smart Mining, Pertama di Asia Tenggara
IBC yang baru berusia 1,5 tahun itu telah menyusun peta jalan dalam pengembangan ekosistem EV baterai di Indonesia.
Pengembangan itu mulai dari pembuatan prototipe baterai untuk motor listrik, konsep energi storage system, penyiapan fasilitas pengolahan nikel dan bahan baku baterai, ekspansi kapasitas produksi, hingga penguasaan teknologi baterai yang akan dicapai pada 2030.
Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID Danny Amrul Ichdan mengatakan, IBC menjadi salah satu pilar penting untuk mewujudkan energi terbarukan di sektor EV baterai.
“Selain itu, juga memperkuat kemandirian kita, artinya mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor dan mampu mengurangi emisi karbon serta subsidi dari bahan bakar,” katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama dengan Komisi VII DPR, Senin (19/9/2022).
Menurutnya, saat ini seluruh kebutuhan bahan baku untuk komponen EV baterai, seperti graphite, lithium hydroxide, cobalt sulphate, dan mangan sulphate,masih didominasi impor.
Baca juga: 20 Persen Komponen Baterai Kendaraan Listrik Masih Impor, Ini Saran MIND ID untuk IBC
Maka dari itu, sebut dia, pemerintah perlu memastikan pasokan bahan baku nikel sebagai salah satu bahan baku pembuatan EV baterai. Dalam hal ini, PT Antam Tbk akan menyediakan sebanyak 80 persen.
“Dengan kondisi ini, IBC ditargetkan bisa menjadi market leader di Asia Tenggara sebagai penyedia EV baterai,” ujar Danny.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian (Permenko Perekonomian) Nomor 9 Tahun 2022, pengembangan industri EV baterai telah terdaftar sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Untuk mempercepat realisasi tersebut, diperlukan konsorsium dengan LG Energy Solution (LGES) dan PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd (CBL).
Area penelitian dan pengembangan juga akan terus dilakukan guna mewujudkan penguasaan teknologi EV baterai.
Baca juga: Terapkan Sistem Manajemen Keamanan Informasi, MIND ID Dapatkan Sertifikasi ISO 27001
Oleh karena itu, IBC menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta beberapa lembaga pendidikan tinggi dan universitas, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Sebelas Maret (UNS), serta National Battery Research Institute.
Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri EV baterai melalui beragam training dan workshop.
Danny menegaskan, MIND ID mendukung penuh program pemerintah dalam membentuk ekosistem EV baterai yang saat ini telah menjadi salah satu agenda PSN.
“Perlu dukungan dan sinergi untuk mempercepat realisasinya, salah satunya dalam bentuk kebijakan insentif dan kemudahan bagi ekosistem kendaraan listrik (EV),” tuturnya.
Baca juga: Mind Id Komitmen Dorong Implementasi Digitalisasi Industri Pertambangan