KOMPAS.com - PT Freeport Indonesia (PTFI) memberikan beasiswa penuh kepada empat anak Papua untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat (AS).
Mereka adalah Junus Marthin Albertho Kbarek, Nur Hayyu Supriatin, Natalius Fillep Marani, dan Mici Eka Wontini Maniagasi.
Keempat penerima beasiswa tersebut akan belajar selama dua semester di sejumlah community college di Amerika Serikat dengan menggeluti bidang studi yang berbeda-beda.
Senior Advisor PT Freeport Indonesia, Michael Manufandu menjelaskan jika beasiswa program Community College Initiative (CCI) ini merupakan hasil kerja sama dengan American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF).
Baca juga: Antam Bangun Empat Posyandu di Desa Malasari
"Kerja sama ini sudah terjalin sejak 1998," papar Michael saat acara orientasi pra-keberangkatan para penerima beasiswa yang digelar pada (19-21) Juni di Jakarta, sesuai dengan rilis yang Kompas.com terima, Jumat (28/6/2019).
Melalui beasiswa ini, lanjut Michael, merupakan peluang emas untuk anak muda Papua. Pasalnya, mereka tidak hanya difasilitasi pengembangan akademik, namun juga untuk mengasah keterampilan kepemimpinan.
"Total dana yang dialokasikan PT Freeport Indonesia untuk beasiswa ini luar biasa, mencapai 1 juta dollar AS untuk periode 2016 hingga 2020," terang Michael.
Salah seorang penerima beasiswa, Natalius Fillep Marani asal Manokwari, tidak menyangka jika mimpinya untuk mendalami ilmu komputer dan IT akan segera terwujud.
Baca juga: Dukung Pembangunan Papua, Inalum Jalin Kerja Sama dengan Uncen
Dalam hitungan hari, ia akan mempelajari ilmu media dan teknologi komunikasi di Kirkwood Community College, Lowa, AS.
"Sepulang menimba ilmu, saya ingin membantu para mama-mama di Kabupaten Mimika memasarkan barang dagangan mereka secara digital dan berbasis aplikasi, agar produk dari Papua dapat dipasarkan ke masyarakat luas. Lalu saya juga ingin membantu pendidikan anak-anak dalam memahami IT,” papar Natalius.
Sekedar informasi, total tahun ini PT Freeport Indonesia mengirimkan 26 anak Indonesia untuk menimba ilmu di AS. Angka ini meningkat jika dibanding tahun 2018 yang berjumlah 20 orang, di mana sembilan di antaranya berasal dari Papua.
"Kami menyadari jika pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting kesejahteraan taraf hidup masyarakat," tutup Michael.