KOMPAS.com – Dalam rangka memanfaatkan potensi laba, PT Bukit Asam (PTBA) resmi melakukan pencanangan industri hilirisasi batu bara di Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ), Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Sesuai dengan tujuannya, nantinya wilayah tersebut akan mengonversi batu bara menjadi berbagai produk yang memiliki nilai jual tinggi.
“Hilirisasi batu bara sebagai langkah perusahaan untuk meraup laba sebesar-besarnya,” ujar Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin sesuai dengan informasi yang Kompas.com terima, Senin (4/3/2019).
Nantinya lewat teknologi gasifikasi, batu bara di pabrik tersebut diolah menjadi energi bersih berupa syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi LPG, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.
Rencananya, di kawasan BACBSEZ tersebut akan dibangun empat komplek pabrik untuk mendukung proyek hilirisasi, diantaranya pabrik coal to syngas, pabrik syngas to urea, pabrik syngas to DME, dan pabrik syngas to polypropylene.
Baca juga: Olah Batu Bara Jadi Energi Bersih, PTBA Dirikan Perusahaan Patungan
Pencanangan pabrik tersebut merupakan kelanjutan dari Head of Agreement Hilirisasi Batubara yang telah ditandatangani oleh PTBA, Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemicals pada Desember 2017 lalu.
Adapun peresmiannya baru dilakukan Minggu (3/3/2019) kemarin yang ditandai dengan penekanan tombol oleh Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin, Menteri BUMN Rini M Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Menyikapi upaya tersebut, Menteri BUMN Rini Soemarno menyambut baik langkah PTBA yang menurutnya sejalan dengan mewujudkan program ketahanan energi nasional.
“Bukan hanya mengurangi impor, tapi juga dalam rangka mengembangkan ekspor,” ujar Rini.
Lebih jauh Rini menuturkan, dengan kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi antar BUMN dan mampu menciptakan efisiensi dalam industri batubara, gas, pupuk dan kimia.
Sebagai informasi, pabrik hilirisasi batu bara ini direncanakan akan mulai beroperasi pada November 2022. Diproyeksikan pabrik ini mampu memenuhi kebutuhan pasar berupa 500.000 ton urea, 400 ribu ton DME, dan 450 ribu ton polypropylene per tahunnya.
Ke depannya, dengan adanya pabrik tersebut mampu memberikan nilai tambah batu bara sehingga batu bara tidak hanya dijual sebagai produk akhir, tetapi dijadikan sebagai bahan baku.