KOMPAS.com – Rata-rata sebanyak 1,1 juta orang setiap hari menggunakan Commuter Line Jabodetabek sebagai moda transportasi andalan mereka. Tak hanya menjadi tulang punggung mobilitas perkotaan, Commuter Line juga tercatat sebagai moda transportasi paling ramah lingkungan di Indonesia.
Hal itu didukung oleh riset Badan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN) yang menyebutkan bahwa Commuter Line menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) sekitar 34,03 gram per penumpang-kilometer (km). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kendaraan pribadi berbahan bakar bensin yang menghasilkan sekitar 42 gram CO2 per penumpang-km, dengan asumsi empat orang per kendaraan.
Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus mengatakan, efisiensi penggunaan Commuter Line dapat dilihat dari kapasitas angkut yang lebih besar.
Jumlah rata-rata pengguna Commuter Line Jabodetabek per hari mencapai 1,1 juta orang, dengan kapasitas hingga 3.400 orang sekali jalan.
Joni menyebutkan, jika dibandingkan dengan mobil pribadi yang berkapasitas empat orang, sekali perjalanan Commuter Line dapat menggantikan sekitar 850 mobil.
Baca juga: Pria Ditemukan Meninggal Dalam Mobil di Matraman, Diduga Keracunan Gas Karbon Monoksida
“Bisa dibayangkan pengurangan gas karbon yang dihasilkan jika masyarakat beralih ke Commuter Line sebagai moda transportasi,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (11/7/2025).
Sebagaimana diketahui, isu polusi udara di Jakarta menjadi perhatian bersama beberapa waktu lalu.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta menyebutkan, sumber polutan terbesar di Jakarta berasal dari sektor industri dan transportasi.
Baca juga: 39 Perjalanan Commuter Line Kini Gunakan KRL Baru, Ini Jadwal Lengkapnya
Oleh karena itu, emisi karbon dioksida yang dihasilkan kendaraan bermotor menjadi perhatian banyak pihak.
Penggunaan transportasi massal dalam aktivitas sehari-hari menjadi salah satu langkah yang sangat direkomendasikan untuk mengurangi polusi udara.
Lebih lanjut, Joni mengatakan, penggunaan transportasi massal, seperti Commuter Line, juga terbukti dapat mengurangi kemacetan di jalan raya.
Menurut penelitian TomTom International BV, indeks kemacetan di Jakarta pada 2025 berada di peringkat kelima dunia.
Indeks rata-rata kemacetan sebesar 43 persen terjadi pada pukul 07.00–09.00 WIB dan 17.00–19.00 WIB.
Baca juga: Jadwal Commuter Line Bandung Raya: Rute, Waktu Tempuh, dan Perubahan Gapeka 2025
Jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya, Commuter Line memiliki sejumlah manfaat yang signifikan dalam hal keberlanjutan (sustainability).
Saat ini, KAI Commuter mengoperasikan 1.063 perjalanan Commuter Line Jabodetabek setiap hari.
Selain di wilayah Jabodetabek, KAI Commuter juga mengoperasikan kereta rel listrik lainnya, seperti Commuter Line Basoetta untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta, serta Commuter Line di wilayah Yogyakarta.
Joni berharap, masyarakat dapat memberikan dukungan penuh terhadap isu polusi udara dengan menjadikan Commuter Line sebagai pilihan transportasi yang ramah lingkungan dalam mobilitas sehari-hari.
"Beralih ke moda berbasis rel tidak hanya mendukung efisiensi transportasi, tetapi juga merupakan bagian dari aksi nyata dalam mengatasi isu lingkungan," katanya.
Baca juga: Beda Dulu dan Sekarang, Begini Nyamannya Jadi Penumpang Commuter Line Jabodetabek
Di sisi lain, peningkatan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan Commuter Line juga tercermin dari peningkatan volume pengguna.
Volume pengguna Commuter Line Jabodetabek pada semester I-2025 tercatat sebanyak 166.423.692 orang atau meningkat 6,13 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024, yaitu 156.816.151 orang.
“KAI Commuter juga akan terus melakukan peningkatan layanan untuk lebih menarik minat masyarakat agar beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi Commuter Line, sebagai garda depan moda ramah lingkungan di Indonesia,” tutur Joni.