KOMPAS.com - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) selaku subholding gas Pertamina terus berupaya memperluas konversi gas bumi untuk bahan bakar transportasi darat, khususnya kendaraan logistik.
Pada kesempatan kali ini, PGN melalui anak usahanya PT Gagas Energi Indonesia (Gagas) bekerja sama dengan PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE untuk mengonversi bahan bakar gas (BBG) pada kendaraan milik JNE.
Kerja sama tersebut diresmikan melalui penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara kedua belah pihak di JNE Headquarter, Jakarta Barat, Senin (15/5/2023).
Selain itu, PGN melalui PT Gagas juga melakukan sosialisasi pemanfaatan BBG, serta test drive kendaraan berbahan bakar gas.
Pada kegiatan ini, hadir langsung Direktur Utama (Dirut) Gagas Muhammad Hardiansyah, Direktur Utama JNE M Feriadi, Direktur Eksekutif Asperindo Syarifuddin, dan Dewan Etika Asperindo Budi Paryanto.
Baca juga: Detik-detik Pria Serang Kantor JNE Magelang, Pelaku Lempar Molotov hingga Setrum Karyawan
Dirut Gagas Muhammad Hardiansyah mengatakan bahwa penandatanganan tersebut menjadi tahap awal kerja sama pihaknya dengan JNE.
“Mudah-mudahan dapat berjalan sesuai dengan yang telah dicanangkan, sehingga BBG bisa dikonversikan untuk motor maupun mobil milik JNE," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (15/5/2023).
Hardiansyah menyatakan, pihaknya sangat mendukung terwujudnya efisiensi dan pengurangan emisi dari program kerja sama tersebut.
Dengan biaya investasi konversi yang cukup terjangkau sekitar Rp 20-Rp 25 juta, sebut dia, JNE akan mendapatkan manfaat jangka panjang dengan efisiensi energi di tengah ketidakpastian harga energi dunia saat ini.
“Penggunaan BBG pada kendaraan logistik ikut berkontribusi dalam pemanfaatan energi alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan,” ujar Hardiansyah.
Baca juga: Cuka Salak, Produk Lokal dari Bali Alternatif Cuka Apel
Pada kesempatan tersebut, Hardiansyah mengatakan, pihaknya siap menyediakan peralatan konversi BBG.
Peralatan tersebut, berupa converter kit untuk kendaraan JNE, pengecekkankendaraan yang akan dikonversi BBG, dan penunjukan bengkel khusus untuk melakukan instalasi peralatan konversi BBG kendaraan milik JNE.
“Selain itu, Gagas juga menyediakan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) untuk pengisian di berbagai lokasi,” ujar Hardiansyah.
Dengan sistem dual fuel (BBM BBG), lanjut dia, kendaraan logistik dapat menempuh jarak yang lebih jauh dengan biaya energi lebih terjangkau.
Sistem tersebut juga dapat dipakai dalam waktu yang bersamaan. Saat ini, harga BBG hanya dibanderol Rp 4.500 per liter setara pertalite.
Baca juga: Pembatasan Pertalite Belum Menyeluruh, Baru di 4 Daerah Ini
“Saat ini tabung gas yang tersedia untuk kendaraan berukuran 51 lightning web components (LWC) atau setara dengan 12 liter setara premium (LSP) dan 60 LWC atau setara dengan 15 LSP,” imbuh Hardiansyah.
Tabung berukuran 60 LWC, lanjut dia, dapat diaplikasikan pada kendaraan seperti mobil logistik berbahan bakar bensin. Mobil diestimasikan dapat menempuh jarak kurang lebih 150 kilometer (km) sampai 160 km untuk bahan bakar BBG.
Apabila BBG habis di tengah jalan, kata Hardiansyah, otomatis pembakaran mesin akan beralih ke BBM sehingga aktivitas perjalanan tidak akan terganggu.
Menurutnya, program konversi BBM ke BBG akan lebih tepat dirasakan khususnya di sektor logistik dengan volume penggunaan bahan bakar yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dan efisiensi maksimal.
Baca juga: Volume Kendaraan Melintas di Tol Jasa Marga Lampaui Sebelum Pandemi
Sama halnya dengan pemerintah, sebut dia, PGN Group memiliki cita-cita dan harapan bahwa biaya energi yang lebih kompetitif dapat menurunkan biaya logistik nasional.
“Saat ini persaingan begitu luar biasa. Jika ingin survive terdapat dua hal yang perlu dilakukan. Pertama, terus berinovasi dan kedua, melakukan efisiensi," ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Dirut JNE M Feriadi mengatakan, pihaknya telah melakukan inovasi yang dapat mendorong efisiensi.
“Ini juga sebagai langkah untuk mendukung program pemerintah untuk dapat melakukan konversi BBM ke BBG,” ujarnya.
Baca juga: Indikator BBM pada LMPV Sudah di Posisi E, Sisa Berapa Liter Lagi di Tangki?
Adapun harga BBG sebesar Rp 4.500 per LSP untuk transportasi berlaku sama di semua lokasi pengisian, sehingga dapat menjadi pilihan yang tepat untuk efisiensi dari harga bahan bakar minimal 55 persen.
Tak hanya manfaat efisiensi bagi pengguna, kata Feriadi, penggunaan BBG juga dapat mengembangkan ekosistem pemanfaatan BBG sebagai energi transisi.
Hal tersebut bertujuan untuk menekan impor energi dan menurunkan emisi karbon pada kendaraan sejalan dengan program environmental, social, and governance (ESG).