KOMPAS.com. Pertamina memiliki target untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, khususnya pada Lingkup 1 dan 2. Hal ini sejalan dengan target nasional.
“Pertamina selama ini dikenal sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia. Kami memiliki peran strategis, yaitu memastikan ketahanan energi nasional. Namun yang belum banyak diketahui public bahwa Pertamina sangat serius mewujudkan bisnis yang berkelanjutan,” ujar Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) Fadli Rahman, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (21/4/2023).
Hal tersebut disampaikan Fadli Rahman dalam Indonesia Partner Country Hannover Messe Conference, di Hannover, Jerman, Kamis (20/4/2023).
Ia menambahkan bahwa pada 2022, Pertamina menduduki posisi ke-2 skor environment, social, and governance (ESG) di sektor minyak dan gas (migas) terintegrasi. Posisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu posisi ke-7.
Baca juga: Ini Empat Sekolah Net Zero Carbon Pertama di Indonesia
Untuk diketahui, dari rentang tahun 2010 hingga 2021, Pertamina telah melakukan penurunan emisi mencapai 29,07 persen atau 7,4 juta ton setara CO2.
Penurunan tersebut dikontribusikan oleh beberapa aktivitas, antara lain penurunan emisi dari proses, penurunan emisi dari proses pembakaran, efisiensi energi, dan penggunaan energi rendah karbon.
Untuk mencapai aspirasi NZE 2060 tersebut, Pertamina menerapkan dua inisiatif strategis, yaitu melakukan dekarbonisasi bisnisnya saat ini dan membangun bisnis hijau.
Saat ini, ada enam inisiatif bisnis hijau yang tengah dibangun Pertamina, yaitu produksi biofuels, pengembangan energi terbarukan, carbon sink, pengembangan hidrogen bersih untuk sektor transportasi dan industri, pengembangan baterai dan EV ecosystem, serta perdagangan karbon.
Penurunan emisi pada Lingkup 1 dan 2 pada 2060 dari keenam inisiatif tersebut diperkirakan mencapai 25-30 juta ton setara CO2, atau mengontribusikan sekitar 2 persen terhadap aspirasi NZE nasional.
Baca juga: Investasi untuk Capai Net Zero Emission Butuh Dana Besar
Produksi biofuels dilakukan di kilang-kilang Pertamina dengan target kapasitas mencapai 200.000 barel per hari untuk hydrotreated vegetable oils (HVO) dan hydroprocessed esters and fatty acids (HEFA) pada 2060.
Sementara itu, untuk pengembangan hidrogen bersih ditargetkan mencapai kapasitas produksi 1,8 juta ton per tahun pada 2040. Pengembangan hidrogen bersih salah satunya bersumber dari geothermal yang dikelola oleh Pertamina NRE, salah satu subholding Pertamina.
Pertamina NRE berkolaborasi dengan sejumlah mitra strategis, seperti Sembcorp, IGNIS, Keppel, Chevron, TEPCO, Krakatau Steel, dan Pondera dalam inisiatif pengembangan hidrogen bersih.
Energi terbarukan lainnya yang tengah dikembangkan oleh Pertamina adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Saat ini, PLTS telah dibangun dan dimanfaatkan di sejumlah area operasi Pertamina, tak terkecuali di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang kini telah mencapai lebih dari 300 titik.
Baca juga: Ini Strategi Kementerian ESDM Dorong Transisi Energi, demi Capai Target Net Zero Emission 2060
Fadli mengatakan bahwa upaya pemanfaatan energi terbarukan dilakukan Pertamina sebagai upaya untuk menjadikan proses bisnisnya lebih hijau.
Tak kalah penting, dekarbonisasi juga dilakukan melalui inisiatif carbon sink.
Untuk mewujudkan ketahanan energi nasional, Indonesia masih membutuhkan energi fosil, yang saat ini masih menjadi bisnis utama Pertamina.
Namun demikian, untuk mengurangi emisi karbon di sektor hulu migas ini, inisiatif carbon sink dilakukan Pertamina melalui dua cara, yaitu carbon capture storage (CCS/CCUS) serta inisiatif nature based solutions (NBS).
Untuk CCS/CCUS, Pertamina bekerja sama dengan mitra strategis dari Jepang maupun Amerika Serikat, sedangkan untuk NBS, kolaborasi dilakukan bersama dengan Perhutani.
“Sebagai perusahaan energi nasional terbesar, Pertamina memegang peran strategis untuk memastikan pemenuhan kebutuhan serta suplai energi ke masyarakat saat ini. Dan di saat yang sama Pertamina juga memastikan ketahanan energi bagi generasi mendatang, salah satunya melalui pengembangan energi hijau,” kata Fadli.