KOMPAS.com - Stasiun menyimpan lebih dari sekadar jalur kereta, ia adalah lembaran sejarah yang hidup. Setiap stasiun memiliki kisah unik yang membentuk identitas PT. Kereta Api Indonesia ( KAI) hari ini, mulai dari bagian sejarah bangsa, arsitektur kuno yang menarik, kisah inspiratif Insan kereta, hingga peran strategis dalam ekonomi dan sosial.
Selama 80 tahun, PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah memainkan peran vital dalam pembangunan bangsa, dan cerita-cerita di baliknya layak untuk diabadikan.
Inilah semangat yang dibawa dalam program Komlab Kompas.com dan KAI mengangkat tema "Stasiun Merangkai Kisah: 80 Tahun KAI Menyulam Sejarah" pada 28-29 Juli 2025 di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta.
Kegiatan diikuti 40 humas dari Daop (daerah operasional),Divre (divisi regional) , hingga anak usaha KAI dari berbagai wilayah Indonesia untuk sebuah tujuan: menjadi pencerita di balik 80 tahun perjalanan Kereta Api Indonesia (KAI) melalui sebuah buku.
Anne Purba, selaku VP Public Relation KAI menyampaikan dalam perjalanan sejarah perkeretaapian di Indonesia, jumlah stasiun terus bertambah hingga kini mencapai 600 stasiun lebih di seluruh Indonesia.
“Selain sejarah, stasiun mencatatkan berbagai kisah dalam perjalanan KAI hingga saat ini. Dengan cerita lebih dari 600 stasiun, ada banyak perubahan-perubahan yang telah dilakukan (KAI),” ungkap Anne.
“Dan cerita-cerita dari stasiun ini holistik, ada kisah humanis. Setelah jadi buku ini legacy (warisan), ini kita bisa digitalkan dan cerita-cerita ini nanti dapat kita terus update tentang KAI masa depan,” jelasnya.
Dia berharap setelah pelatihan ini, kemampuan menulis para humas KAI akan semakin mumpuni dalam meninggalkan jejak-jejak cerita atau berita KAI.
Pemimpin Redaksi Kompas.com, Amir Sodikin melihat pelatihan ini sebagai jembatan untuk mendekatkan KAI kepada masyarakat.
"Melalui kisah-kisah yang personal dan menyentuh, publik akan merasa lebih terhubung dengan KAI. Cerita-cerita ini menjadi jembatan untuk menyampaikan transformasi-transformasi yang telah dilakukan KAI. Ini adalah strategi komunikasi yang paling kuat agar KAI semakin dicintai penggunanya," jelas Amir Sodikin.
Program Komlab Kompas.com dan KAI menghadirkan dua narasumber: Wisnu Nugroho (VP Sustainability KG Media) dan Yohanes Enggar (Asst. Manager Content Marketing KG Media).
Wisnu Nugroho atau yang akrab disapa Mas Inu merupakan penulis dan editor buku “Didiek Hartantyo: Masinis yang Menerjang Badai”. Buku yang diluncurkan pada 16 Mei 2025 ini berisi refleksi kepemimpinan Dirut KAI Didiek Hartantyo dalam melewati masa krisis pandemi Covid-19.
Dalam sesi pertama, Mas Inu mengajak humas KAI untuk melihat stasiun tidak hanya sebagai bangunan, melainkan sebagai pusat kehidupan yang merekam jejak sejarah, ekonomi, hingga sosial.
"Tugas kita adalah menggali cerita-cerita itu dari sejarah dan menjadikannya kisah yang hidup," pesan Wisnu.
Sesi berlanjut dengan materi teknis penulisan buku disampaikan Enggar yang menekankan bahwa hasil riset, data, dan wawancara baru menjadi “bahan baku” sementara kemampuan dalam menarasikan akan memberi jiwa dari tulisan tersebut.
"Tulisan yang otentik, yang lahir dari hati, akan selalu menemukan jalannya sendiri menuju hati pembaca,” tambahnya.
Selama dua hari, suasana pelatihan diisi dengan diskusi intens dan sesi berbagi ide dari hasil-hasil tulisan yang telah dibuat sebelumnya oleh para humas KAI.
Mereka juga melakukan kunjungan ke newsroom Kompas.com, melihat secara langsung bagaimana tim redaksi bekerja, dari proses perencanaan konten hingga penyajian berita secara real-time.
Manager Internal Relations, Anwar Solikhin menyampaikan humas KAI mendapatkan ilmu baru dan antusias dalam mengikuti pelatihan. “Harapan kami, teman-teman setelah mendapatkan pelatihan akan lebih baik dalam menjalankan pelayanan dan tugas mereka sebagai humas di KAI,” pungkasnya.