KOMPAS.com - Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) 2025 menjadi panggung bagi kontribusi nyata PT Pertamina (Persero) dalam mendukung penguatan ekosistem riset, teknologi, dan industri guna mencapai ketahanan energi nasional.
Lewat gelaran yang berlangsung di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Kamis (7/8/2025) itu, Presiden Prabowo Subianto turut hadir meninjau langsung berbagai inovasi dalam negeri, termasuk sejumlah teknologi unggulan milik Pertamina.
Kehadiran Presiden Prabowo menjadi simbol kuat dukungan negara terhadap penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai pilar penting menuju “Indonesia Emas 2045”.
Baca juga: Dukung Akselerasi Visi Indonesia Emas 2045, Telkomsel Pamerkan 6 Solusi AI di KSTI 2025
Dalam sambutannya, Presiden menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat dalam mewujudkan kemandirian teknologi bangsa.
“Saya ingin Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi menjadi pemain utama dalam teknologi dan industri global,” ujar Presiden Prabowo, saat meninjau stan teknologi nasional, termasuk “Katalis Merah Putih” hasil kolaborasi Pertamina dan Institut Teknologi Bandung ( ITB), seperti dikutip lewat siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (10/8/2025).
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyambut baik kehadiran Presiden Prabowo dalam konvensi tersebut.
“Kehadiran Presiden menjadi pemicu semangat bagi kami untuk terus berinovasi demi kemajuan teknologi nasional,” ujarnya.
Baca juga: Resmi Dibuka, KSTI 2025 Tekankan Kolaborasi Riset dan Industri demi Kemajuan Bangsa
Fadjar berharap, inovasi-inovasi yang dibawa Pertamina ke forum tersebut dapat mendukung target produksi energi dan menjaga ketahanan energi nasional dalam jangka panjang.
Dalam konvensi tersebut, Pertamina menampilkan sejumlah teknologi strategis karya anak bangsa. Salah satunya adalah Rig Merah Putih, yakni rig pengeboran migas buatan dalam negeri hasil kolaborasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) dan PT Pindad (Persero).
Rig tersebut diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam mewujudkan swasembada energi nasional, sekaligus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor energi.
Baca juga: Menteri Brian: 1.000 Peneliti Terbaik Hadiri Konvensi Sains KSTI 2025 di ITB
Direktur Utama PDSI Avep Disasmita menyampaikan bahwa pengembangan Rig Merah Putih mencerminkan semangat kemandirian bangsa dan dukungan konkret terhadap Asta Cita Presiden Prabowo.
“Kami siap mendukung peningkatan produksi migas nasional dan pengembangan geotermal dengan teknologi karya anak negeri,” ujarnya.
Sebagai bagian dari dukungan terhadap pendidikan tinggi, PDSI juga menyerahkan bantuan alat laboratorium kepada Program Studi Teknik Perminyakan ITB. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan terhadap poin Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4, yaitu Pendidikan Berkualitas.
Tak hanya inovasi di sektor hulu migas, Pertamina juga menunjukkan peran aktif dalam transisi energi.
Wakil Direktur Utama Pertamina Oki Muraza, dalam salah satu sesi paralel KSTI, menegaskan arah strategis Pertamina ke depan yang tidak hanya mengandalkan bisnis hidrokarbon, tapi juga mengembangkan energi hijau dan teknologi berkelanjutan. Seluruhnya bertujuan mencapai ketahanan energi Indonesia.
Baca juga: Presiden Prabowo Dijadwalkan Buka KSTI 2025 di ITB Bandung Hari Ini
Beberapa program unggulan yang dipaparkan di antaranya adalah pengembangan bioetanol dari molase, sorgum, dan nira aren, serta produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak goreng bekas atau used cooking oil (UCO). Kilang Pertamina Cilacap, Dumai, dan Balongan kini tengah menjalankan proyek pengolahan bahan bakar ramah lingkungan ini.
“Kami menargetkan Indonesia menjadi hub produksi SAF untuk kawasan ASEAN. Untuk itu, Pertamina terus mendorong terbentuknya ekosistem nasional pengumpulan UCO,” terang Oki.
Di sela rangkaian KSTI, Pertamina dan ITB menandatangani nota kesepahaman strategis di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri dan Rektor ITB Prof Dr Ir Tatacipta Dirgantara, MT.
Adapun kerja sama meliputi pengembangan sumber daya manusia, riset teknologi energi, hingga penguatan kapasitas industri. Salah satu wujud nyata hasil kolaborasi jangka panjang ini adalah “Katalis Merah Putih” yang kini telah mencapai tahap komersialisasi.
“Kolaborasi seperti ini penting agar teknologi yang dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan nasional, termasuk untuk mendukung produksi di hulu migas, efisiensi kilang, hingga energi terbarukan,” tambah Oki Muraza.
Baca juga: Prabowo Buka KSTI 2025, 2.000 Ilmuwan Bahas Peta Jalan Riset Nasional
Dengan semangat kolaborasi, keberlanjutan, dan kemandirian, Pertamina membuktikan perannya sebagai penggerak utama transformasi energi dan teknologi Indonesia.
Konvensi tersebut menjadi titik temu penting antara dunia riset, industri, dan pemerintahan untuk bersama-sama menjemput masa depan Indonesia yang berdaulat secara energi dan unggul dalam inovasi.
Pertamina sebagai pemimpin dalam transisi energi di Indonesia, berkomitmen dalam mendukung target net zero emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian SDGs. Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.