KOMPAS.com – PT Pertamina (Persero) menerapkan strategi pertumbuhan ganda untuk mempertahankan kebutuhan energi nasional.
Strategi itu dijalankan dengan memperkuat dan memperluas pengelolaan bisnis minyak dan gas ( migas) eksisting dan pada saat bersamaan mengembangkan bisnis berkarbon rendah sebagai penggerak pertumbuhan di masa depan.
Strategi itu diuraikan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam forum internasional di sektor energi CERAWeek di Houston Amerika Serikat (AS), Senin (18/3/2024).
Di hadapan para CEO perusahaan energi, keuangan, teknologi dunia, perwakilan pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor energi, Nicke mengungkapkan bahwa Pertamina sebagai badan usaha milik negara (BUMN) memiliki mandat untuk menyediakan energi.
Oleh karena itu, Pertamina harus menerapkan strategi pertumbuhan ganda. Pertama, berupaya mempertahankan kebutuhan energi saat ini melalui bisnis warisan dalam bidang minyak dan gas (migas).
Baca juga: Nyaris Punah Hingga Mejeng di Inacraft 2024, Kisah Inspiratif Batik Muria Kudus bersama Pertamina
Namun, Pertamina juga tetap melakukan dekarbonisasi pada semua operasi internal, mulai dari hulu hingga hilir.
Kedua, Pertamina akan berfokus pada pengembangan bisnis berkarbon rendah, termasuk carbon offset, carbon storage/carbob capture utilization and storage (CCS/CCUS), dan solusi berbasis alam (natural-based solution).
“Saat ini, sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kedua strategi tersebut,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (25/3/2024).
Nicke menjelaskan, hingga 2032, pihaknya akan mengalokasikan sebagian besar anggaran pada sektor hulu untuk meningkatkan produksi migas.
“Mengapa demikian? Karena kami harus mencapai kemandirian energi nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah, produk bahan bakar, dan liquefied petroleum gas (LPG)," sebutnya.
Baca juga: Pertamina Raih Skor Baik dalam Mitigasi Iklim dan Ketahanan Air
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan konversi dari kilang minyak menjadi bio refinery dan mengintegrasikannya dengan pabrik Petrokimia.
Pada pertemuan global tersebut, Nicke menguraikan alokasi belanja Pertamina untuk menjawab strategi pertumbuhan ganda yang ada.
Dia mengatakan, sebanyak 62 persen alokasi belanja investasi Pertamina akan diarahkan di sektor hulu, 20 persen untuk investasi kilang, dan sekitar 15 persen untuk pengembangan new and renewable energy (NRE).
Seiring dengan berjalannya waktu, Pertamina akan meningkatkan alokasi belanja untuk pengembangan bisnis berkarbon rendah.
Nicke mengatakan, dari strategi pertumbuhan ganda tersebut, pihaknya yakin transisi energi yang dilakukan akan berlangsung tanpa ada yang perlu dikorbankan.
Baca juga: Pertamina International Shipping dan Perusahaan Jepang NYK Bahas Kerja Sama Bisnis Hijau
“Kami akan beralih menuju energi yang berkelanjutan tanpa mengorbankan keamanan dan ketersediaan energi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nicke mengulas mengenai tantangan utama dalam transisi energi di Indonesia, meliputi teknologi, pembiayaan, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Menurutnya, peningkatan kualitas talenta SDM harus dilakukan agar siap dan relevan dengan kebutuhan energi masa depan.
Peningkatan teknologi juga sangat penting di saat Pertamina mempertahankan produksi migas serta mengurangi emisi karbon.
“Kami telah melakukan dekarbonisasi ruang lingkup 1 dan 2 dalam operasi. Kami berhasil mengurangi sekitar 31 persen emisi karbon dalam operasi internal, tetapi kami masih percaya bahwa masih banyak ruang untuk ditingkatkan,” paparnya.
Baca juga: Pertamina Lubricants Gandeng VR46 Agency untuk Masuk Pasar Eropa
Nicke mengakui, dekarbonisasi adalah prioritas utama yang diikuti pengembangan teknologi baru untuk memanfaatkan sumber daya domestik seperti bio energi.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi energi berbasis tumbuhan sehingga memerlukan teknologi yang dapat mengolah sumber daya alam menjadi energi.
Selain itu, kata dia, pemboran unconventional dan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon juga penting untuk mengatasi tantangan offset karbon.
“Kami percaya bahwa teknologi dan kolaborasi adalah kunci untuk kemajuan dalam hal ini,” ujar Nicke.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Baca juga: Pertamina Sukses Raih Cost Optimization hingga 1,25 Miliar Dollar AS
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan environmental, social, governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.