KOMPAS.com - Pada September 2023, Bappenas mengumumkan bahwa biaya logistik Indonesia telah mencapai angka 14,29 persen terhadap PDB. Angka ini turun dari periode sebelumnya pada 2018 sebesar 23,80 persen.
Oleh karenanya, pemerintah menargetkan penurunan biaya logistik hingga 8 persen terhadap PDB pada 2045.
Sebagai salah satu BUMN bidang logistik, Pelindo mendukung pencapaian target tersebut melalui percepatan transformasi pelabuhan.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, sejauh ini, Indonesia sudah berhasil menekan biaya logistik 13-14 persen. Namun, angka ini disebut masih lebih tinggi ketimbang negara-negara lainnya.
Baca juga: Pelindo: Keberhasilan Merger dan Kontribusi Membangun Masa Depan Maritim Indonesia
"Karena itu, sesuai arahan Presiden Prabowo untuk mendukung program swasembada pangan, energi, dan hilirisasi, hari ini saya melanjutkan koordinasi agar biaya itu bisa ditekan lagi," ujar Erick usai melakukan pertemuan dengan Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi di Jakarta, Senin (29/10/2024).
Kolaborasi antara Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan untuk mempercepat penurunan biaya logistik, khususnya di sektor transportasi, sejalan dengan program swasembada pangan, energi, dan hilirisasi yang dicanangkan oleh pemerintah.
Transformasi yang dilakukan oleh Pelindo melalui standardisasi dan digitalisasi, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi layanan pelabuhan dan memantapkan peran strategis pelabuhan dalam rantai pasok logistik, guna mendorong tercapainya target penurunan biaya logistik nasional.
Tingkat efisiensi layanan pelabuhan dapat dinilai dari port stay, yaitu durasi yang dibutuhkan kapal untuk bersandar di pelabuhan.
Baca juga: Erick Thohir Sebut Merger Pelindo Dapat Dukungan dari Menhub Dudy
Semakin cepat bongkar muat barang dilakukan di pelabuhan, durasi port stay akan menjadi semakin singkat yang kemudian berdampak pada peningkatan sailing time kapal, sehingga perusahaan pelayaran sebagai pengguna jasa pelabuhan akan mendapatkan manfaat berupa penghematan biaya operasional.
Berdasarkan kajian yang dilakukan Pelindo serta testimoni dari pelanggan, percepatan layanan yang sudah dilakukan berdampak langsung pada penghematan BBM sebesar 15-30 persen per satu siklus pelayaran.
Transformasi layanan secara konsisten dan bertahap diterapkan di seluruh wilayah kerja Pelindo.
Sebagai?gambaran, standardisasi?layanan?operasional?peti?kemas di? Cabang Sorong telah berhasil meningkatkan produktivitas bongkar-muat dari 17 box per ship per hour (BSH) menjadi 30 BSH.
Baca juga: Pelni, ASDP, Pelindo Mau Digabung, Erick Thohir Sebut Pelindo Jadi Holdingnya
Selaras dengan itu, produktivitas penanganan crane juga naik dari 8 box per crane per hour (BCH) menjadi 22 BCH yang berdampak pada penurunan port stay dari rata-rata 72 jam atau 3 hari menjadi 24 jam atau 1 hari.
Pada layanan operasional nonpeti kemas, standardisasi operasional di Cabang Jamrud-Nilam-Mirah (Surabaya) telah berhasil memperbaiki kinerja untuk komoditas curah cair dengan memangkas port stay hingga 30 persen, yakni dari 89 jam menjadi 62 jam.
Perbaikan juga terlihat pada komoditas curah kering, dengan penurunan port stay sebesar 22 persen, yakni dari 86 jam menjadi 67 jam.
Hal ini menunjukkan komitmen Pelindo dalam menguatkan konektivitas logistik nasional dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi pemerintah.
Baca juga: Anak Usaha PT Pelindo Catat Pendapatan Rp 1,38 Triliun Per Kuartal III-2024
Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menambahkan, peningkatan kinerja pelabuhan juga didukung oleh digitalisasi layanan kepelabuhanan yang memungkinkan arus barang menjadi lebih terkontrol karena diawasi melalui sistem terintegrasi yang akurat dan responsif.
“Pelindo berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam menciptakan ekosistem logistik yang lebih efisien. Strategi Pelindo berfokus pada memperpendek port stay,” tambah Arif.
Implementasi tranformasi Pelindo juga berbanding lurus dengan kinerja operasional korporasi yang mengalami tren pertumbuhan selama tiga tahun terakhir.
Arus barang yang dilayani oleh pelabuhan Pelindo hingga bulan November 2024 tercatat mencapai 181,2 juta ton atau meningkat 17 persen dari tahun sebelumnya. Dari jumlah ini, 55 persen di antaranya merupakan barang ekspor impor.
Baca juga: Pelindo Petikemas Catatkan Peningkatan Arus Peti Kemas di TPK Kendari hingga 7 Persen
Sementara itu, arus peti kemas juga menunjukkan kenaikan sebesar 6,4 persen pada periode yang sama, yaitu 17,1 juta TEUs dengan 46 persen di antaranya merupakan peti kemas ekspor impor.
Transformasi yang dilakukan Pelindo disambut baik oleh perusahaan pelayaran, salah satunya Meratus Line.
Direktur Utama Meratus Line Slamet Raharjo mengatakan bahwa transformasi Pelindo memudahkan pengguna jasa untuk berkomunikasi dengan Pelindo jika terdapat kendala pengiriman maupun bongkar muat.
"Dengan adanya transformasi, pelayanan bongkar muat dapat dilakukan melalui satu pintu yang bermanfaat dalam efisiensi waktu dan biaya logistik," tuturnya.
Baca juga: Pelindo Siap Layani PLTU Binjeita di Perairan Wajib Pandu Labuan Uki, Sulut