KOMPAS.com - PT Pelindo Terminal Petikemas ( SPTP) mencatat, selama semester I-2024, arus peti kemas tumbuh sebanyak 5,84 juta teus. Angka ini tumbuh 6 persen dari periode sama pada 2023, yakni 5,51 juta teus.
Corporate Secretary SPTP Widyaswendra mengatakan, arus peti kemas tersebut terdiri dari 1,83 juta teus peti kemas internasional dan 4,01 juta teus peti kemas domestik.
“ Peti kemas internasional tumbuh sekitar 5,76 persen dibandingkan dengan semester I-2023 dan peti kemas domestik tumbuh sekitar 6 persen jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya,” jelas Widyaswendra melalui siaran persnya, Selasa (23/7/2024).
Dia menjelaskan, di anak perusahaan Terminal Petikemas Surabaya (TPS) Surabaya, kunjungan kapal peti kemas internasional mencapai 492 unit dari target sebelumnya 465 unit.
Baca juga: Terjadi Aksi Mogok Kerja, Pelindo Petikemas Tetap Layani Bongkar Muat di Pelabuhan Merauke
"Demikian halnya kunjungan kapal domestik, dari target 88 kunjungan kapal, menjadi 117 kunjungan kapal," ucapnya.
Hal serupa terjadi di Kaltim Kariangau Terminal (KKT) yang mengalami peningkatan arus peti kemas seiringan dengan adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Arus peti kemas di KKT tumbuh sekitar 21 persen, yakni dari 96.000 teus menjadi 117.000 teus pada semester I-2024," ucapnya.
Widyaswendra mengatakan, SPTP mencanangkan adanya peningkatan peti kemas hingga 12 juta teus sepanjang 2024. SPTP pun optimistis target ini akan bisa diraih.
Sementara itu, Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menyebut, upaya kontainerisasi muatan dapat menjadi salah satu upaya SPTP dalam meningkatkan pertumbuhan arus peti kemas.
Baca juga: Pelindo Perluas Penerapan Autogate di 29 Pelabuhan Tahun Ini
"Untuk mendukung upaya kontainerisasi, SPTP perlu melakukan pembenahan di sejumlah pelabuhan, khususnya di wilayah timur Indonesia," ucapnya.
Di sisi lain, lanjutnya, upaya untuk meningkatkan arus peti kemas luar negeri dapat dilakukan dengan penyediaan terminal yang berfungsi sebagai transshipment hub. Meski demikian, hal ini membutuhkan kajian menyeluruh dari semua pihak, termasuk pemerintah.
"Keberadaan ekosistem yang kuat, mulai dari kemudahan bunker, lokasi berlabuh, sistem keuangan dan pembayaran, pemanduan dan penundaan kapal, dan hal lainnya, sangat dibutuhkan dalam mewujudkan transshipment hub internasional yang dimimpikan," kata Siswanto.
“Sudah saatnya Pelindo memperluas portofolio pengelolaan terminal peti kemas untuk menunjukkan bahwa Indonesia mampu. Kalau di dalam negeri Pelindo menguasai pangsa pasar, akan lebih baik jika bisa memperluas di level internasional, minimal Asia Tenggara,” lanjutnya.