KOMPAS.com- PT Perusahaan Gas Negara ( PGN) Tbk sebagai subholding gas Pertamina memperkuat komitmennya dalam mendukung pertumbuhan industri karet alam berkelanjutan di Stasiun Pagar Dewa, Sumatera Selatan melalui kerja sama dengan para petani karet lokal untuk menciptakan pupuk organik yang terjangkau.
PGN menjalin kemitraan dengan Koperasi Padetra Artomulyo yang merupakan kelompok kerja pupuk (pokja pupuk) menggelar pelatihan pembuatan Dewa Pupuk atau pupuk organik yang terbuat dari urine hewan ternak.
"Pembuatan pupuk organik menggunakan urine hewan ternak yang biasanya dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Dengan demikian, kolaborasi perusahaan dan masyarakat dapat menciptakan problem solving bagi suatu masalah," kata Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (2/10/2023).
Baca juga: Dukung Energi Bersih, Konsorsium PGN, JGC, Osaka Gas, dan INPEX Siap Komersialisasi Biomethane
Berdasarkan penelitian, urine yang berasal dari hewan ternak mengandung kadar N dan K yang bernilai tinggi bagi tanaman.
Urine hewan ternak mengandung hormon yang mudah diserap dan mendukung pertumbuhan tanaman.
Untuk diketahui, urine kelinci memiliki kandungan unsur hara yang lebih tinggi dari kambing dan sapi. Namun, peternakan kelinci tidak tersedia di Desa Pagar Dewa, sehingga PGN memilih kambing dengan unsur hara yang lebih tinggi dari sapi.
PGN bersama Koperasi Padetra Artomulyo mengumpulkan urine kambing untuk memproduksi pupuk organik. Selain itu, dilakukan proses penampungan urin dari masyarakat yang kemudian akan difermentasi menjadi pupuk organik cair.
Baca juga: DEN Dukung Pemanfaatan Gas Bumi Rumah Tangga dan Industri PGN Group di Kota Batam
Sementara itu, PGN bekerja sama dengan Politeknik Negeri Sriwijaya untuk menguji laboratorium produk Dewa Pupuk sebagai komitmen untuk mengembangkan pupuk organik cair (POC).
Salah satu petani karet Desa Pagar Dewa, Tugiwan mengatakan, kegiatan pembuatan pupuk kebun karet di desanya sempat terhenti sejak tiga tahun lalu.
"Pupuk yang diproduksi oleh koperasi menjadi angin segar bagi kami untuk kembali mupuk setelah sekian lama mengering," ujar Tugiwan.
Ia menjelaskan, selama ini, jarga pupuk cukup mahal, sehingga produktivitas pertanian terhambat. Sejumlah penduduk bahkan berhenti melakukan pemupukan karena terkendala masalah biaya.
Baca juga: PGN Gandeng MODENA, Pelanggan Bisa Gunakan Gas Bumi untuk Perlengkapan Rumah Tangga
Namun, berkat pupuk organik, petani karet hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 500.000 saja untuk 20 liter Dewa Pupuk. Sebelumnya, petani harus merogoh sekitar Rp 3,5 juta untuk memenuhi kebutuhan pupuk di lahan seluas 1 hektar.
Oleh karena itu, PGN dan Koperasi Padetra Artomulyo mengharapkan Dewa Pupuk dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen karet di Desa Pagar Dewa.
"Kami sadar pentingnya karet bagi komoditas ekspor Indonesia, seperti ban kendaraan, suku cadang otomotif, dan lainnya. Karet di Desa Pagar Dewa memiliki potensi yang besar, sehingga kami berkomitmen untuk meningkatkan nilai perkebunan karet sesuai dengan visi misi perusahaan dan petani karet lokal," ujar Rachmat.