KOMPAS.com - PT Saka Energi Indonesia ( PGN Saka) selaku entitas anak perusahaan PT Perusahaan Gas Negara ( PGN) Tbk menerapkan program dekarbonisasi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Tujuan utama dari program ini adalah mencapai target Net Zero Emission (2060).
Penerapan program tersebut didasarkan pada hasil penyusunan road map Inisiatif Dekarbonisasi PGN Saka Periode 2022-2030.
PGN Saka saat ini menjalankan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, dan pengembangan usaha di bidang minyak dan gas (migas) bumi, gas metana batu bara (CBM), serta sumber-sumber energi lainnya.
Direktur Utama (Dirut) PGN Saka Avep Disasmita menerangkan, program dekarbonisasi diterapkan pada sejumlah fasilitas offshore maupun onshore PGN Saka, di antaranya gas processing facility (GPF), oil treating facility (OTF), serta liquified petroleum gas facility (LPGF).
Baca juga: PGN-Pertamina NRE Jajaki Kerja Sama Bisnis Biomethane, Amonia, dan Hidrogen
"Pertama adalah program yang diterapkan di Solar Panel Offshore-Sidayu sebagai penambahan sumber energi independen yang memberikan catu daya pada peralatan-peralatan listrik proyek Sidayu," tutur Avep melalui keterangan persnya, Jumat (14/7/2023).
Solar panel dengan kapasitas total 18,36 kilowatt peak (kWp) itu dipasang untuk memenuhi kebutuhan energi listrik pada well head platform C (WHP-C) serta WHP-D.
Dengan dekarbonisasi, emisi yang dapat direduksi sebesar 67,42 ron karbon dioksida (CO2) per semester, dengan potensi penghematan 25.052 liter solar.
Kemudian, ada carbon offset. Program ini diinisiasi karena produksi gas dapat menghasilkan emisi CO2 yang berpotensi menimbulkan gas rumah kaca.
Baca juga: Dorong Petani Karet Lahirkan Inovasi, PGN Raih Penghargaan Padmamitra Award 2022
“Inovasi carbon offset dilakukan dengan menanam mangrove di sekitar area industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Program ini berpotensi mereduksi emisi sebesar 16.417 ton CO2 ekuivalen per tahun,” jelas Avep.
Selain itu, PGN Saka juga menggunakan absorption chiller untuk memulihkan gas buang dari gas turbine generator (GTG). Inovasi ini penting karena fasilitas offshore dan onshore PGN memiliki banyak turbine generator yang menghasilkan gas buang dengan temperatur cukup tinggi.
“Pemanfaatan gas buang GTG dapat mereduksi emisi sebesar 1.687 ton CO2 ekuivalen per tahun dengan potensi penghematan energi sebesar 34.047 million standard cubic per feet (MMSCF),” tutur Avep.
Program selanjutnya adalah substitusi engine gas pada flash gas compressor dengan electric driven flash gas compressor. Program ini perlu diterapkan karena proses pada flash gas compressor menghasilkan emisi gas CO2.
Baca juga: PGN Subholding Gas Pertamina Garap Proyek Biomethane
Total emisi yang bisa dikurangi adalah sebesar 4.143 ton CO2 ekuivalen per tahun dengan potensi penghematan energi sebesar 41,3 MMSCF.
Tidak hanya menerapkan program-program rendah emisi, PGN Saka juga fokus pada konservasi mangrove di wilayah pesisir pantai.
Korporasi bertanggung jawab dalam pembibitan hingga penanaman mangrove di Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik serta sejumlah lokasi lain di Kabupaten Gresik.
PGN Saka juga memiliki 11 aset hulu migas. Sepuluh di antaranya berada di Indonesia dan satu sisanya ada di Texas, Amerika Serikat (AS). Semua aset ini memiliki consent yang tinggi akan aspek lingkungan dan sosial masyarakat.
Avep menjelaskan, PGN Saka ingin terus melaksanakan program pengurangan emisi dengan memilih teknologi yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan.
Baca juga: Idul Adha, PGN Bagikan 368 Hewan Kurban di Sekitar Wilayah Operasi
“Untuk mencapai target penurunan emisi, kami menggalakkan berbagai upaya dengan tetap menjaga produktivitas dan efektivitas operasi,” tuturnya.