KOMPAS.com – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) menandatangani Head of Agreement (HOA) kerja sama penyediaan gas bumi di Grass Root Refinery (GRR) Tuban, Senin (19/4/2022).
Penandatanganan HOA tersebut merupakan bagian dari sinergi Holding Migas Grup dalam akselerasi proyek strategis nasional (PSN) untuk pembangunan kilang minyak.
Melalui kerja sama itu, PGN mengungkapkan kesiapannya dalam menyediakan infrastruktur pendukung untuk penjualan gas PRPP, baik melalui land-based liquefied natural gas (LNG) terminal maupun pipeline and stations.
Penandatanganan HOA dilaksanakan oleh Chief Executive Officer (CEO) subholding gas PT PGN M. Haryo Yunianto, President Director PRPP Reizaldi Gustino, dan Director of Finance & General Support PRPP Pavel Vagero.
Baca juga: PGN dan PRPP Kerja Sama Sediakan Gas Bumi di GRR Tuban
Agenda tersebut juga disaksikan oleh Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina Mulyono.
Dirut PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan bahwa keberhasilan proyek GRR Tuban ke depan memiliki nilai strategis bagi Pertamina dan Indonesia.
Proyek GRR Tuban, kata dia, akan menjadi integrated refinery and petrochemical atau kilang terintegrasi dan petrokimia pertama di Indonesia.
Nicke meyakini, GRR Tuban akan menghasilkan produk petrokimia yang saat ini masih didominasi oleh impor. Dengan mengurangi impor petrochemical, maka neraca perdagangan Indonesia dapat diperbaiki.
Baca juga: GCG Petrokimia Gresik Raih Kategori Sangat Baik dari BPKP
“Dengan kami sudah memproduksi petrochemical, maka ini menjadi strategi bisnis Pertamina dalam menghadapi transisi energi ke depan,” katanya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (19/4/2022).
Menurut Nicke, pembangunan integrated refinery petrochemical membutuhkan investasi yang besar.
Oleh karenanya, dia mengatakan, Pertamina berupaya untuk menurunkan investasi melalui integrasi.
Dengan integrasi tersebut, beberapa utility tidak perlu dibangun karena mengoptimalkan apa yang sudah dimiliki oleh Pertamina Group dan bisa menurunkan capital expenditure (Capex) atau belanja modal.
Baca juga: Perkuat Sinergi Pertamina Group, PGN dan PIS Tingkatkan Utilitas LNG
“Dari sisi Pertamina Group, sinergi ini adalah kegiatan yang harus saling menguntungkan. Kami akan menggunakan market price atau harga pasar sebagai dasar mengambil keputusan dan competitiveness atau daya saing,” ujar Nicke.
Ia juga berharap sinergi antara PGN dan PT PRPP dapat mendorong efisiensi.
Apabila terjadi efisiensi, kata Nicke, hal itu akan meningkatkan profitability atau profitabilitas dan dikonsolidasikan ke Pertamina Group.
“Ini langkah untuk membesarkan Pertamina Group lebih kuat ke depan,” jelasnya.
Baca juga: Konsisten Jalankan Restrukturisasi, Operasional Pertamina Group Lebih Efisien dan Terintegrasi
Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina Mulyono mengungkapkan bahwa pembangunan GRR Tuban mengedepankan efisiensi.
“Menurut kami, sinergi ini luar biasa sekaligus untuk efisiensi dalam membangun pipa dari GRR Tuban ke TPPN sekitar 3 kilometer (km). Pembangunan pipa ini bisa mengurangi biaya pembangunan tiga tank atau tangki di GRR Tuban dan dua jetty atau dermaga,” imbuh Mulyono
Sebagai upaya lebih lanjut, ia mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti proyek pembangunan dalam perjanjian definitif dan saling support antar-subholding di Pertamina untuk mengakselerasi penyelesaian on-track proyek GRR Tuban.
Baca juga: Pembangunan Proyek Kilang GRR Tuban On The Track dan Berikan Efek Berganda bagi Masyarakat Lokal
Dengan pembangunan tersebut, Mulyono berharap PGN dapat memberikan manfaat bagi energi nasional dan menciptakan multiplier effect atau efek berganda bagi perekonomian nasional.
PGN sendiri berkomitmen penuh sebagai aggregator pemenuhan energi gas bumi ke GRR Tuban.
Perusahaan yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi itu berupaya memenuhi volume kebutuhan gas sebesar 227 billion british thermal unit per day (BBTUD) pada 2027 dan 351 BBTUD pada 2028 hingga 2046.
Untuk diketahui, GRR Tuban terletak kurang lebih 55 km dari Pipa Transmisi Gresik-Semarang (Gresem).
Baca juga: Penuhi Daya Proyek Strategis Nasional Kilang GRR Tuban, Pertamina Rosneft Gandeng PLN
Pipa Gresem terhubung dengan Pipa East Java Gas Pipeline (EJGP), Pipa Hulu di area Jawa Timur (Jatim), dan Pipa Kalija di Jawa Tengah (Jateng).
Dengan terhubungannya jaringan pipa tersebut, integrasi infrastruktur pipa dan LNG untuk menyalurkan gas ke kilang Tuban dapat dilakukan.
PGN meyakini, pasokan gas di GRR Tuban nantinya dapat meningkatkan efisiensi kilang Pertamina.
Tak hanya efisiensi, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi Pertamina Group dalam menghadapi tantangan ekonomi dan geopolitik global saat ini.
Baca juga: Pertamina Group Gandeng UGM untuk Perkuat Pengembangan EBT di Indonesia
Sementara itu, President Director PRPP Reizaldi Gustino mengatakan, pihaknya akan terus memastikan “No Point of Return” guna mewujudkan pembangunan kilang GRR Tuban.
"Terlepas dari perkembangan situasi global saat ini yang cukup berpengaruh terhadap Pertamina Group, kami terus mewujudkan pembangunan kilang GRR Tuban yang diproyeksikan akan beroperasi di akhir 2027 mendatang," jelasnya.
Menurut Reizaldi, penandatanganan HoA dapat menjadi langkah nyata sinergi Pertamina Group yang nantinya dapat memberikan dampak positif.
Dampak positif tersebut mulai dari segi optimasi Capex maupun operating expenses (Opex) atau biaya operasional, lingkungan, serta terjaganya kehandalan kilang GRR Tuban.
Baca juga: Kuasai Saham Mayoritas, Pertamina Integrasikan TPPI dengan GRR Tuban
Reizaldi menjelaskan, PGN dan PRPP akan mengelola integrasi jadwal penyediaan gas terhadap master schedule project GRR Tuban.
Tak hanya itu, kedua PRPP juga akan mengidentifikasi skenario pemenuhan gas dengan pasokan LNG portofolio Pertamina dan gas-gas pipa yang paling optimal.
Untuk supply LNG, kilang PRPP telah menyediakan lahan dan akan membangun dermaga untuk sandar kapal besar termasuk incoming LNGC. Dengan begitu, skenario supply LNG dengan moda land-based LNG terminal lebih feasible atau bisa dilakukan.
Pembangunan integrated refinery petrochemical sendiri juga menjadi mitigasi dari business risk atau risiko bisnis Pertamina ke depan agar semakin bertahan.
Ketika demand bahan bakar minyak (BBM) menurun, maka kilang Pertamina akan memproduksi petrokimia dan dapat membangun infrastruktur turunannya.