KOMPAS.com - PT Perusahaan Gas Negara Tbk ( PGN) berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif pada periode triwulan I tahun 2019. Sepanjang tiga bulan pertama pada 2019 ini, PGN berhasil membukukan pendapatan sebesar 860,5 juta dollar AS.
Pendapatan emiten berkode PGAS ini, terutama diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar 661,5 juta dollar AS dan penjualan minyak dan gas sebesar 92,8 juta dollar AS.
Sementara itu, laba operasi interim konsolidasian pada kuartal I-2019 sebesar 162,5 juta dollar AS dan laba bersih sebesar 65 juta dollas AS atau setara Rp 920,2 Miliar (rata-rata kurs Rp 14.136 ) dengan EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) 263 juta dollar AS.
“Pencapaian ini diperoleh lantaran PT PGN melakukan berbagai upaya optimalisasi sehingga mampu mencetak laba di tengah kondisi perekonomian saat ini,” kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama, di Jakarta, Selasa (29/04/2019).
Seperti dalam keterangan tertulisnya dijelaskan, selama periode Januari-Maret 2019, PGN menyalurkan gas bumi sebesar 2.904 british thermal unit per hari (BBTUD). Rinciannya, sepanjang kuartal I-2019 volume gas niaga 919 BBTUD dan volume transportasi gas bumi 1.985 BBTUD.
PGN yang kini berstatus sebagai Sub Holding Gas dengan mengakuisisi PT Pertamina Gas (Pertagas) optimistis akan mampu menjaga kinerja positif pada masa mendatang.
Menurut Rachmat, hal ini sejalan dengan upaya mendukung visi-misi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional. Makanya PGN optimistis kinerja perusahaan akan semakin membaik dengan tetap mengembangkan infrastruktur gas bumi untuk memperluas pemanfaatan gas bumi bagi masyarakat.
Seperti diketahui, PGN mengakuisisi 51 persen kepemilikan saham Pertagas dari Pertamina pada Jumat (28/12/2018). Transaksi akuisisi ini dibukukan dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan sesuai dengan PSAK 38 “Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali” karena PGN dan Pertagas merupakan entitas sepengendali di bawah Pertamina.
“Dengan begitu, PGN sebagai Sub Holding Gas akan jauh lebih optimal serta terjadi penguatan pada rantai bisnis gas bumi,” ungkap Rachmat.
RUPS tahun 2019
Pada Jumat (26/4/2019) lalu, PGN telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahun 2019. Dalam RUPS ini PGN mengumumkan pencapaian atas kinerja keuangan dan operasi sepanjang 2018.
PGN berhasil mencatatkan pendapatan 3,87 miliar dollar AS, dengan EBITDA 1,20 miliar dollar AS. Adapun total aset yang dikelola PGN mencapai 7,94 miliar dollar AS dengan laba bersih menembus 305 juta dollar AS.
Dalam RUPS tersebut, pemegang saham juga menyepakati pergantian pengurus perusahaan. Pergantian terjadi pada susunan direksi dan komisaris.
Jajaran Direksi PGN saat ini bertambah dengan masuknya Syahrial Mukhtar sebagai Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis. Sementara itu, Komisaris Hambra digantikan oleh Lucky Alfirman dan penambahan Mas’Ud Khamid ke jajaran Dewan Komisaris PGN.
Rahmat mengatakan, dengan sejumlah pencapaian itu, PGN pun akan semakin agresif membangun infrastruktur gas bumi nasional untuk meningkatkan pemanfaatan produksi gas nasional.
Membangun infrastruktur pipa gas
Dari infrastruktur tersebut, PGN telah menyalurkan gas bumi ke 1.739 pelanggan industri manufaktur dan pembangkit listrik. Lalu 1.984 pelanggan komersial (hotel, restoran, rumah sakit) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta 177.710 pelanggan rumah tangga yang dibangun dengan investasi PGN.
Pelanggan Gas Bumi PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong, Papua Barat.
Saat ini, PGN juga telah mengelola dan menyalurkan gas bumi untuk sektor transportasi melalui 10 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan 4 Mobile Refueling Unit (MRU).
Selain itu, untuk menunjang penyaluran serta kehandalan jaringan dan pasokan gas ke pelanggan, PGN mengoperasikan pula 2 Floating Storage Regasification Unit (FSRU) yakni di Jawa Barat dan Lampung.
Pada tahun ini, PGN banyak pula melakukan terobosan, seperti program 360 degree solution. Dalam program ini, PGN dapat menghadirkan gas bumi dari hulu hingga hilir sesuai kebutuhan masyarakat di berbagai segmen pengguna gas.
Lini usaha PGN
PGN memiliki Saka Energi Indonesia yang menyediakan gas bumi di sektor hulu. PGN juga mengembangkan produk gas bumi, yakni Liquefied Natural Gas (LNG) yang dilakukan oleh PT PGN LNG Indonesia.
Kemudian penyaluran CNG melalui anak usaha PT Gagas Energi Indonesia, sampai melalui anak usaha PGN lainnya. PGN pun dapat menyediakan pasokan gas bumi, listrik, pasokan bahanbakar gas untuk transportasi, jasa Engineering, Procurement and Construction (EPC) hingga Informasi Tekonologi Komunikasi bagi para pengguna gas atau pelanggan PGN.
"Investasi infrastruktur pipa gas bumi yang dibangun PGN hampir seluruhnya tidak mengandalkan APBN, sehingga tidak membebani negara. PGN juga terus berkomitmen memperluas pemanfaatan gas bumi dengan membangun infrastruktur gas bumi di berbagai daerah," ungkap Rachmat.
Sejumlah proyek infrastruktur pun sedang digarap PGN, mulai dari proyek pipa gas transmisi Duri-Dumai sepanjang 67 km termasuk pipa distribusi gas di Dumai sepanjang 56 km. Lalu proyek pipa di Purwakarta-Subang dan
PGN juga membangun jaringan gas rumah tangga (jargas) Kota di Dumai, Karawang, Purwakarta, Cirebon, Bojonegoro, Lamongan, Pasuruan, Probolinggo, Kutai Kartanegara, Banggai, Aceh Utara, Palembang, Jambi, Depok, Bekasi, Kabupaten Mojokerto, Kota Mijokerto dan Kabupaten Wajo.
"PGN terus berkomitmen membangun dan memperluas infrastruktur gas nasional, walau di tengah kondisi ekonomi yang belum membaik," kata Rachmat.
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyediaan dan Pendristribusian Gas Bumi melalui Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil, PGN juga fokus mengembangkan infrastruktur jargas.
Rachmat mengatakan, sejauh ini PGN telah menyatakan kesiapannya mengemban tugas negara tersebut, terlebih kini berstatus sebagai Sub Holding Gas.
Bahkan PGN, kata dia, telah menyiapkan proposal untuk program pengembangan Jargas tersebut. Proposal itu, sesuai target tambahan sebanyak 4,7 juta sambungan baru sampai dengan tahun 2025 yang disesuaikan dengan rencana Kementerian ESDM.