KOMPAS.com - Sumber energi yang jauh ditambah infrastuktur pipa gas tidak memadai membuat pemanfaatan energi gas bumi di Indonesia belum optimal. Menyadari masalah tersebut, PGN akhirnya meluncurkan GasLink.
Secara garis besar, GasLink menggunakan teknologi Gas Transportation Module (GTM) dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) untuk pengguna gas bumi di sektor industri dan komersial.
Dengan begitu, bisa menjadi solusi pendistribusian gas bumi ke wilayah-wilayah yang belum terdapat jaringan pipa gas bumi.
Solusi ditawarkan PGN itu juga merupakan dukungan terhadap program pemerintah. Program yang dimaksud adalah memperluas cakupan distribusi dan utilisasi gas bumi di sektor industri dan komersial tanpa ketergantungan ketersediaan infrastruktur pipa.
Dari segi penggunaan, dengan GasLink masyarakat dapat menghemat biaya sekitar 40 persen dibandingkan penggunaan LPG.
Hal tersebut dirasakan langsung oleh masyarakat yang telah menggunakan GasLink ini. Salah satunya Restoran Top Yammie.
Restoran Chinese food yang berlokasi dibilangan Mangga Besar, Jakarta Barat tersebut sudah menggunakan GasLink lebih dari satu tahun dengan konsumsi 4.000 - 5.000 m3 per bulan.
Baca juga: Perluas Jaringan, PGN Luncurkan 32 Unit Gaslink Truck
Indar yang merupakan Purchasing Manager dari restoran tersebut mengungkapkan, sejak menggunakan GasLink bisnisnya mengalami efisiensi cost hingga 40 persen dibandingkan saat menggunakan LPG.
Jika dikaitkan dengan tradisi memasak Chinese Food yang dikenal membutuhkan api kuat dan besar, Chef dari restoran tersebut Koh Away pun menambahkan, api yang dibutuhkan selama memasak terpenuhi sejak menggunakan produk GasLink.
“Apinya kencang dan bagus, tidak ada masalah,” ungkap dia dalam laman pgn.co.id.
Tak hanya baik dari segi ekonomis, penggunaan GasLink tidak membebani APBN negara karena merupakan produksi gas nasional.
Sebegai informasi, saat ini lebih dari 50 persen LPG yang digunakan di Indonesia merupakan impor dari negara-negara timur tengah dengan triliunan rupiah.
Selain itu, ketergantungan Indonesia akan bahan bakar minyak pun semakin meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah impor minyak mentah Indonesia pada Januari 2018 mencapai 573,6 juta dolar AS, naik 95,63 persen dibanding tahun 293,2 juta dolar AS.
Baca juga: Gas PGN Siap Mengalir Perdana ke Yogyakarta
Melihat ketergantungan masyarakat yang sangat tinggi akan minyak impor, sudah saatnya Indonesia beralih ke sumber energi yang tidak membebani subsidi.
Dilihat dari perkembangannya, saat ini PGN melalui Anak Usaha PT Gagas Energi Indonesia, telah berhasil memasarkan GasLink ke lebih dari 60 pelanggan di sejumlah kota/kabupaten di Indonesia.
Di antaranya seperti di Jakarta, Surabaya, Lampung, Batam, Bandung, Kolaka, dan Pati dengan ketersediaan dalam berbagai kapasitas GTM mulai dari 25 m3 hingga 4.000 m3 CNG.