KOMPAS.com - Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya gas buminya. Semakin ke sini, sumber daya alam yang satu ini pun semakin banyak dicari, sehingga memiliki prospek yang cerah dari segi bisnis.
Meski demikian, pemanfaatan gas bumi di Indonesia masih belum terlalu optimal dikarenakan manajemen rantai pasok yang masih lemah. Terutama pada entitas usaha milik negara yang di dalamnya justru terdapat beberapa korporasi pelat merah yang juga bermain di sektor yang sama.
Keadaan ini, tentu mengakibatkan pengelolaan dan pelayanan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) menjadi tidak maksimal, sehingga menimbulkan tidak meratanya infrastruktur dan harga, terutama bagi segmen industri yang masih membutuhkan penyangga dari sisi pasokan bahan bakar.
Problematika tersebut menurut Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk. ( PGN) Gigih Prakoso menjadi salah satu kendala bagi visi membangun kedaulatan energi nasional.
“Lebih maju dari sekadar sinergi BUMN, untuk sektor energi, pemerintah menyusun langkah maju untuk pembentukan Holding Migas,” ungkap Gigih Prakoso di hadapan Pekerja dalam kegiatan Sharing Session di Kantor PGN Area Batam, Kamis, (8/11/2018).
Sharing Session yang juga dihadiri oleh Direktur Keuangan Said Reza Pahlevi, Direktur Komersial Danny Praditya, Direktur Infrastruktur dan Teknologi Dilo Seno Widagdo dan Direktur SDM dan Umum Desima E. Siahaan ini menjadi aktivitas pertama Gigih di Batam sejak menjadi Direktur Utama PGN per September lalu.
Dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Senin (12/11/2018), saat sharing session tersebut, Gigih mengungkapkan bahwa upaya memperkuat sektor energi nasional perlahan bisa diwujudkan dengan dibentuknya Holding Migas.
Pada Holding Migas ini PT Pertamina (Persero) bertindak sebagai induk perusahaan sektor Migas, termasuk PGN.
“Dengan adanya induk Pertamina, entitas usaha milik negara di sektor energi bisa diharmonisasi,” ungkap Gigih.
Gigih juga menambahkan dengan bergabungnya PGN dengan PT Pertamina Gas ( Pertagas) akan meningkatkan utilisasi infrastruktur dan memperkuat rantai pasok.
“Infrastruktur PGN dan Pertagas jadi satu, seperti pipa transmisinya atau distribusinya, itu bisa lebih meningkatkan utilitas serta efisiensi bagi operasional keduanya,” tambah Gigih.
Ditambahkannya lagi, dengan bergabungnya infrastruktur PGN dan Pertagas, secara langsung subholding gas menguasai lebih dari 96 persen portofolio hilir gas.
Tentu hal ini diharapkan dapat menyukseskan ketercapaian target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) hingga 2025. Rincian targetnya meliputi 4,7 juta sambungan rumah tangga baru, 6.302 kilometer pipa hilir, dan 5.437 kilometer pipa hulu.
Dengan kekuatan tersebut, kata Gigih, pelayanan gas bumi untuk semua segmen bisa dinikmati rakyat dari Aceh hingga Papua.
“Pada akhirnya, visi masa depan adalah menjadikan PGN sebagai pemain bisnis gas yang berskala global, dengan terlebih dulu memperkuat bisnis gas di dalam negeri,” tutup Gigih.
Selain melakukan sharing session dengan para pekerja di area Batam, manajemen PGN juga mengunjungi beberapa fasilitas PGN di area yang sama, di antaranya SPBG, Kawasan Bisnis Terintegrasi Panbil yang menggunakan gas bumi dan pelanggan jargas.