KOMPAS.com - Seiring dengan peluncuran bursa karbon Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi), PT Pertamina International Shipping (PIS) mendukung pengurangan emisi karbon untuk langkah melawan krisis iklim.
Langkah dan kontribusi nyata PIS dalam mengurangi emisi karbon dipaparkan langsung oleh Chief Executive Officer (CEO) PIS Yoki Firnandi dalam diskusi bertajuk “Decarbonize the Transport and Logistic Sectors” dalam rangkaian acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2023, Selasa (26/9/2023).
Yoki memaparkan, berdasarkan data yang diterbitkan oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), industri shipping dunia tercatat berkontribusi hingga 3 persen dalam emisi karbon.
Baca juga: Otorita IKN: Enggak Gampang Punya Punya Komitmen Perubahan Iklim, Nol Emisi Karbon 2030
Sementara itu, Organisasi Maritim Internasional atau International Maritime Organization (IMO) juga telah mengeluarkan peta jalan untuk pengurangan emisi karbon dunia.
“Targetnya adalah pengurangan emisi sebesar 30 persen di 2030, lalu bertahap menjadi 80 persen pada 2040 dan Net Zero Emission (NZE) 2050,” ujar Yoki dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (2/10/2023).
Lebih lanjut, ia mengatakan, PIS juga telah menyusun roadmap bisnis yang sesuai dengan regulasi termasuk untuk mewujudkan target NZE 2060.
Langkah nyata yang telah dilakukan antara lain adalah pemanfaatan kapal dual fuel atau berbahan bakar ganda yang lebih ramah lingkungan.
Baca juga: Pertamina Suplai Bahan Bakar Ramah Lingkungan ke PPA Group
Di samping itu, penerapan teknologi efisiensi energi pada armada dan aset-aset PIS juga menjadi upaya penting untuk menekan jejak karbon.
“PIS juga memiliki kapal gas yang bisa mengangkut kargo ammonia, dan juga kapal-kapal yang bisa mengangkut petrochemical dan kargo selain turunan minyak bumi dan gas (migas), ini adalah bukti PIS mengakomodasi rantai pasok energi masa depan,” jelas Yoki.
Ia mengungkapkan bahwa setidaknya terdapat empat tantangan dalam penurunan emisi di sektor logistik maritim.
Pertama, kata Yoki, soal ketersediaan teknologi. Kedua, terkait kesediaan konsumen menanggung biaya.
Baca juga: Cara Memperbanyak Tanaman Peperomia tanpa Biaya
“Ketiga, mengenai akses pendanaan atau mobilisasi finansial kepada pelaku industri, dan terakhir adalah kepastian dan kejelasan regulasi,” imbuhnya.
Seperti diketahui, pekan lalu Presiden Jokowi meluncurkan Bursa Karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jokowi mengatakan, keberadaan Bursa Karbon Indonesia merupakan kontribusi Indonesia untuk membantu pengurangan dampak perubahan iklim.
“Ini adalah kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis iklim. Hasil dari perdagangan ini akan diinvestasikan kembali pada upaya menjaga lingkungan, khususnya melalui pengurangan emisi karbon,” ujarnya.