KOMPAS.com – PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan tajak perdana sumur Migas Non Konvensional ( MNK) di Wilayah Kerja (WK) Rokan di Lapangan Gulamo, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (27/7/2023).
Peresmian tajak sumur tersebut dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dengan didampingi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu (SKK) Migas Dwi Soetjipto, Direktur Jenderal (Dirjen) Migas Tutuka Ariadji, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro, Direktur Utama PHR Chalid Said Salim, dan Gubernur Riau Syamsuar.
Adapun pelaksanaan tajak tersebut merupakan hasil studi potensi MNK dalam upaya mendukung produksi minyak dan gas (migas) nasional.
Dalam melakukan studi evaluasi potensi (teknis) MNK Rokan, PHR melakukan kerja sama dengan perusahaan internasional yang telah terbukti berhasil mengusahakan dan mengembangkan sumber daya MNK di Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Mengenal Pertamax Green 95, Produk BBM yang Baru Diluncurkan Pertamina
Untuk mendukung upaya itu, PHR juga melibatkan Tim Percepatan Pengusahaan MNK yang dibentuk Kementerian ESDM.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pasokan migas dalam negeri saat ini belum dapat memenuhi total kebutuhan energi nasional dan berdampak terhadap impor.
Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk dapat mengurangi kebutuhan impor dengan menambah cadangan hidrokarbon.
Saat ini, potensi MNK yang terlihat akan dilanjutkan dengan kajian dan konsultasi.
Arifin mengatakan, pihaknya masih memiliki potensi yang cukup besar dan harus dieksploitasi sehingga bisa menjamin keamanan energi untuk masyarakat.
“Saya mengucapkan selamat kepada Pertamina. Saya sangat bangga dan berpesan jangan lupa untuk terus memperhatikan keselamatan kerja," ujarnya dalam siaran pers, Kamis.
Baca juga: Resmi Ambil Alih Saham Shell di Blok Masela, Pertamina-Petronas Bayar Rp 9,75 Triiun
Pada kesempatan itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan, tajak perdana sumur MNK menandai sejarah baru dalam industri hulu migas nasional. Pasalnya, potensi sumber daya MNK yang ada selama ini belum digarap.
Untuk itu, peresmian tajak tersebut menandai permulaan pengelolaan potensi sumber daya MNK untuk mendukung penambahan cadangan migas nasional.
Dwi berharap, Pertamina dan investor hulu migas lainnya dapat lebih agresif melakukan studi mengenai MNK karena potensinya masih besar.
“Kami akan memberikan dukungan penuh bagi investasi di sektor MNK sehingga dapat mendukung peningkatan produksi migas nasional," ujarnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menambahkan, tajak sumur MNK itu merupakan upaya baru untuk membuka peluang di WK Rokan guna mendukung produksi migas nasional.
“Pertamina berkomitmen dalam upaya menopang energi nasional, termasuk dalam pencapaian target 1 juta barel minyak pada tahun 2030,” katanya.
Nicke mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan Pertamina adalah melakukan studi dan inovasi terkait sumber daya dan cadangan migas yang ada di Indonesia.
Direktur Utama PHR Chalid Said Salim mengatakan, sumber daya MNK di WK Rokan berada di formasi pematang brown shale, yakni batuan induk utama hidrokarbon yang ada di kawasan Sumatera bagian tengah.
MNK itu juga berada di lower red bed, yakni formasi bebatuan yang berada di bawah brown shale. Potensi ini berada pada kedalaman lebih dari 6.000 kaki.
“Di WK Rokan potensi MNK ini ada di wilayah sumur Gulamo, dengan rencana total kedalaman mencapai 8.559 kaki,” ujarnya.
Baca juga: Resmikan Tajak Sumur Gulamo, Gubri Sampaikan Dukungan dan Pesan untuk Pertamina
Chalid menyebutkan, sumur itu merupakan salah satu dari dua sumur eksplorasi vertikal yang direncanakan PT Pertamina Hulu Rokan sebagai operator wilayah kerja Rokan, bagi tahapan eksplorasi MNK Rokan.
Rencananya operasi pengeboran sumur eksplorasi MNK Gulamo akan menggunakan rig Pusat Data dan Sistem Informasi (PDSI) #42.3/N1500-E berukuran besar dengan tenaga 1,500 horsepower (HP).
“Sebagai pembanding, operasi eksplorasi dan eksploitasi migas konvensional di WK Rokan umumnya menggunakan Rig 350 HP, 550 HP, 750 HP,” katanya.
Oleh karenanya, kata Chalid, diperlukan area wellpad (lokasi eksplorasi) yang cukup luas, yakni lebih kurang 2,5 hektar (ha) atau 2,5 kali lebih luas dari wellpad pada umumnya.
“Pada tahap pengembangan nanti, wellpad ini dapat mengakomodasi sekitar 8 kepala sumur,” jelasnya.
Untuk diketahui, MNK merupakan migas yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya migas dengan permeabilitas yang rendah (low permeability).
Baca juga: Sah! Pertamina dan Petronas Akuisisi 35 Persen Kepemilikan Shell di Blok Masela
Perbedaan utama eksplorasi migas konvensional dengan eksplorasi MNK terletak pada lokasi minyak di lapisan bumi.
Migas konvensional lebih mudah terlihat karena letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan, sedangkan MNK berada di lapisan yang lebih dalam.